Ekonomi Jepang Terperosok ke Level Terburuk Sejak 1980
Ekonomi Jepang kontraksi 7,9 persen pada kuartal II 2020 kemarin. Berdasarkan data pembanding yang tersedia, pertumbuhan tersebut merupakan yang terburuk sejak 1980.
Kantor Kabinet Jepang mengungkapkan bahwa capaian itu lebih buruk dari perkiraan awal yang hanya memperkirakan ekonomi akan kontraksi 7,8 persen.
Melansir AFP, memburuknya capaian dari angka yang dirilis bulan lalu disebabkan oleh melemahnya investasi perusahaan karena pandemi virus corona.
Dampak pandemi virus corona bahkan lebih buruk dari krisis keuangan dunia pada 2008 silam.
Sementara, data terpisah yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri pada Selasa (8/9), menunjukkan pengeluaran rumah tangga Jepang turun 7,6 persen per tahun pada Juli lalu. Ini menggarisbawahi dampak virus corona terhadap ekonomi Jepang.
Kontraksi tersebut merupakan penurunan bulanan ke-10 berturut-turut. Itu juga terjadi setelah penurunan 1,2 persen pada Juni dan penurunan 16,2 persen di Mei.
Angka tersebut jauh lebih buruk dari ekspektasi ekonom yang hanya berharap penurunan 3,7 persen.
Ekonomi Jepang berada dalam resesi bahkan sebelum virus korona melanda. Resesi dipicu dampak topan yang kuat tahun lalu.
Resesi juga dipicu kenaikan pajak penjualan pada Oktober tahun lalu.
Jepang sendiri memiliki angka penyebaran wabah virus corona sekitar 71.800 dengan kasus kematian kurang dari 1.400.
Keadaan darurat nasional pun diumumkan ketika jumlah kasus melonjak pada April lalu. Tetapi pembatasannya jauh lebih longgar dibandingkan banyak negara yang mengharuskan lockdown.
Kemudian, status keadaan darurat dicabut pada Juni dan pemerintah enggan memberlakukan kembali status darurat meski jumlah infeksi meningkat lagi.
Sebelumnya, dilaporkan pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal I 2020 menyusut atau mengalami kontraksi 0,6 persen dibanding kuartal sebelumnya. Meski lebih baik dari yang diperkirakan yaitu kontraksi 0,9 persen, namun kontraksi tetap mengantarkan Jepang secara resmi masuk dalam resesi ekonomi.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia