Neraca Perdagangan Surplus US$3,26 M pada Juli 2020

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan dalam negeri surplus US$3,26 miliar secara bulanan pada Juli 2020 di tengah pandemi virus corona (covid-19). Realisasi tersebut lebih rendah dari surplus US$1,27 miliar pada Juni 2020, namun lebih tinggi dari surplus US$280 juta pada Juli 2019.

Secara total, neraca perdagangan surplus US$8,75 miliar pada Januari-Juli 2020.

“Surplus terjadi karena ada peningkatan ekspor pada Juni 2020 dan impor turun,” ungkap Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (18/8).

Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$13,73 miliar atau naik 14,33 persen dari Juni 2020. Sementara nilai impor hanya mencapai US$10,47 miliar atau naik 2,73 persen dari bulan sebelumnya.

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$700 juta miliar atau naik 23,77 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar US$13,03 miliar atau meningkat 13,86 persen.

Peningkatan ekspor nonmigas disumbang oleh ekspor industri pertanian 24,1 persen menjadi US$350 juta dan industri pengolahan naik 16,95 persen menjadi US$11,28 miliar, sedangkan industri pertambangan turun 7,83 persen menjadi US$1,39 miliar.

Secara total, kinerja ekspor non migas masih menopang sekitar 94,87 persen dari total ekspor Indonesia pada bulan lalu.

Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di logam mulia, lemak dan minyak hewan nabati, kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, serta mesin perlengkapan elektrik.

Sementara komoditas yang turun nilai ekspornya adalah timah, pupuk, bahan kimia organik, serta plastik dan produk turunan plastik.

Berdasarkan negara tujuan ekspor, peningkatan nilai ekspor nonmigas terjadi ke Swiss US$306,2 juta, AS US$234,8 juta, Singapura US$111,2 juta, China US$97,5 juta, dan Malaysia US$93,2 juta. Sementara nilai ekspor turun dari Jibuti US$7,2 juta, Yunani US$9,6,4 juta, dan Bulgaria US$20,1 juta.

Secara kumulatif, ekspor Januari-Juli 2020 sebesar US$90,12 miliar. Kinerja ini turun 6,21 persen dari US$96 miliar pada Januari-Juni 2019.

Dari sisi impor, impor migas sebesar US$960 juta miliar atau tumbuh 41,53 persen dari bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$9,51 miliar atau turun 5,7 persen.

Penurunan impor nonmigas terjadi hampir di setiap jenis. Rinciannya, impor konsumsi turun 21,01 persen, bahan baku/penolong turun 2,5 persen, sedangkan barang modal naik 10,82 persen.

Berdasarkan kode HS, penurunan impor berasal dari mesin dan peralatan elektrik, kapal, perahu, kain rajutan, flamen buatan, dan bijih. Sementara, beberapa barang impor yang turun adalah susu, mentega, telur.

Berdasarkan negara asal impor, peningkatan impor terjadi dari Korea Selatan, China, dan Malaysia. Namun, impor turun dari Thailand dan Kanada.

Secara kumulatif, kinerja impor Januari-Juni 2020 sebesar US$81,37 miliar atau terkoreksi 17,17 persen dari US$98 miliar pada Januari-Juni 2019.

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *