Alasan Arema FC Tak Lagi Lirik Pelatih Lokal
General Manager Arema FC, Ruddy Widodo, angkat bicara mengenai alasan manajemen yang sementara ini mengurungkan niat merekrut pelatih lokal. Dia menegaskan perbandingan kualitas bukan menjadi alasan utama.
Semenjak berakhirnya era Aji Santoso dan Joko Susilo pada musim 2016-2018, Arema FC tak lagi melirik pelatih lokal. Pada awal musim 2018, mereka mengarahkan “kiblat” ke Eropa Timur dengan menggandeng pelatih asal Slovenia Milan Petrovic yang disusul dengan Milomir Seslija semusim sesudahnya.
Dirasa tidak sukses dengan filosofi Eropa Timur, manajemen kemudian mengubah “arah kiblat”. Kali ini ke Amerika Latin dengan Mario Gomez. Sayangnya, Mario Gomez tak berjodoh dengan Arema FC dan memutuskan pergi jelang lanjutan Liga 1 2020.
Kini, kabarnya pelatih baru Arema FC berasal dari Brasil. Padahal, musim 2020 lebih “ringan” karena tidak ada degradasi. Lantas, mengapa Arema FC harus repot-repot mendatangkan pelatih asing yang belum pernah berkarier di Indonesia dibanding menunjuk pelatih lokal? Menanggapi pertanyaan tersebut Ruddy Widodo akhirnya angkat bicara.
“Dengan segala hormat, tolong ditulis besar-besar. Bukannya saya menyepelekan, mungkin cara melatih hampir sama, tetapi perbedaan ada pada mental,” kata pria berkacamata itu. General Manager asal Madiun tersebut mengatakan, kualitas pelatih asing dan lokal tidak jauh berbeda, tetapi mental menjadi pertimbangan utama.
Dia mengatakan, Arema FC di bawah dukungan Aremania punya standar yang sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman tingginya tuntutan tidak hanya dirasakan pelatih, tetapi tak jarang merembet pada kehidupan personal pelatih.
Masalah-masalah nonteknis seperti ini terkadang ikut memengaruhi performa pelatih di lapangan. Karena itu, dengan pertimbangan yang masak, akhirnya untuk saat ini pelatih asing masih menjadi prioritas.
“Banyak pelatih yang bilang kuat, yang bersangkutan memang kuat, tetapi apakah keluarganya kuat. Berdasarkan pengalaman saya seperti itu. Pelatihnya kuat, tetapi apakah anak istrinya juga kuat?” tutur Ruddy Widodo. “Aremania ini grade-nya tinggi, orang–orang tahu itu,” katanya. Selain itu, manajemen juga tidak mau coba-coba.
Meskipun tekanan lanjutan kompetisi Liaga 1 2020 lebih ringan karena tidak degradasi, manajemen memiliki gambaran panjang untuk musim 2021 yang pasti jauh lebih berat dengan lima tim degradasi. “Tidak bisa mentang-mentang tidak ada degradasi, bisa seenaknya sendiri, tidak bisa itu,” katanya.
Sumber : kompas.com
Gambar : kompas.com