AP II Prediksi Jumlah Penumpang Pesawat 4,68 Juta per Bulan
PT Angkasa Pura II (Persero) memproyeksikan jumlah penumpang pesawat mencapai 4,698 juta orang secara bulanan pada akhir tahun nanti. Jumlah itu sekitar 50 persen dibanding jumlah normal sebelum pandemi virus corona (covid-19).
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menyebut prediksi dibuat berdasarkan uji stres (stress test) yang dilakukan oleh operator bandara. Ia optimistis pada Desember 2020, AP II akan mencatatkan jumlah penumpang bulanan sebanyak 4,68 juta orang.
Sementara, penumpang normal sebelum covid-19 pada Januari 2020 berada di kisaran 8,03 juta orang dan Februari sebesar 7,02 juta orang.
“Kalau melihat optimisme dua bulan terakhir Juli dan Agustus, saya kok masih optimistis sesuai track (jalur) skenario terbaik,” tutur dia lewat video conference, Rabu (12/8).
AP II menyiapkan tiga skenario, yaitu baik, sedang, dan buruk. Untuk skenario baik dengan capaian penumpang akhir tahun sebesar 4,68 juta orang. Diperkirakan lalu lintas pesawat dapat mencapai 50,76 ribu pesawat.
Secara total, sepanjang tahun diprediksi sebanyak 39 juta orang akan melakukan perjalanan dengan total penerbangan sebanyak 448 ribu.
Sementara, untuk skenario sedang, diperkirakan pada Desember 2020, AP II dapat melayani 3,78 juta penumpang dengan lalu lintas sepadat 45,15 ribu penerbangan.
Secara total tahunan, akan ada 34,61 juta orang yang bepergian dan 405 ribu pesawat yang diterbangkan.
Terakhir, pada skenario buruk diproyeksikan hanya akan ada 2,24 juta penumpang yang memutuskan terbang dengan total penerbangan sebesar 28,79 ribu. Totalnya, 29,36 juta orang bepergian menggunakan 351 ribu pesawat pada 2020.
Skenario terbaik dipilih Awaluddin karena bercermin dari catatan pertumbuhan penerbangan pada Juli lalu yang cukup baik. Sebanyak 19 bandara AP II mencatatkan 1,5 juta orang melakukan perjalanan sepanjang bulan.
Dari angka tersebut, ia mengestimasikan terjadi perputaran uang di industri penerbangan sebesar Rp1,9 triliun. Ini meliputi penjualan tiket, penjualan ritel di bandara, dan ongkos transportasi darat menuju bandara.
“Jadi saya rasa betul kalau di suatu daerah bandara, apalagi Soekarno-Hatta yang menjadi trigger (pemicu) perekonomian memang memberi dampak cukup signifikan,” pungkasnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia