Harga Emas Cetak Rekor, Kurs Dolar Australia Mengekor
Nilai tukar dolar Australia bergerak fluktuatif melawan rupiah pada perdagangan Selasa (28/7/2020), setelah mencatat kinerja positif awal pekan kemarin.
Kenaikan harga emas dunia menjadi salah satu pemicu penguatan mata uang Kanguru, tetapi kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang mencatat rekor harian terbanyak di Negara Bagian Victoria cukup menjadi beban.
Berdasarkan data Refinitiv, dolar Australia pagi ini sempat menguat 0,54% ke Rp 10.415,2/AU$, sebelum berbalik melemah 0,26% di Rp 10.331,67/AU$ pada pukul 10:10 WIB di pasar spot.
Pergerakan tersebut mengikuti harga emas dunia yang kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa pagi ini, sebelum berbalik melemah akibat aksi ambil untung (profit taking). Logam mulia ini melesat nyaris 2% ke US$ 1.980,56/troy ons pagi tadi yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
Sementara di saat yang sama dengan kurs dolar Australia yang berbalik melemah, harga emas dunia juga masuk ke zona merah, -0,23% di US$ 1.937,49/troy ons.
Ambrolnya indeks dolar AS membuat harga emas dunia terus melesat. Maklum saja, berdenominasi dolar AS, harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya kala dolar AS melemah, sehingga permintaannya akan meningkat dan harganya pun melesat. Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang sedang merosot ke jurang resesi akibat pandemi Covid-19.
Indeks dolar AS pagi ini berada di kisaran ke 93,503 yang merupakan level terendah sejak Juni 2018.
Emas merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar Australia, sehingga kenaikan harganya tentunya akan menambah pendapatan negara. Berdasarkan data dari Departemen Hubungan Luar Negeri dan Perdagangan, emas berkontribusi sebesar 4,8% dari total ekspor Australia di tahun 2018, dan berada di urutan ke enam komoditas ekspor terbesar.
Selain emas dunia, harga bijih besi yang merupakan komoditas ekspor terbesar Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor, juga diramal akan mengalami peningkatan harga. Sebabnya, indeks dolar AS yang terus menurun.
Harga komoditas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala mata uang Paman Sam tersebut melemah, harganya menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpeluang meningkat. Kala permintaan meningkat, harga komoditas pun akan naik, pendapatan Australia akan meningkat dan mata uangnya menguat.
Fluktuasi harga emas cukup mempengaruhi dolar Australia hari ini, tetapi kasus Covid-19 yang mencetak rekor terbanyak di harian Victoria sudah pasti membebani dolar Australia.
Pada 27 Juli kemarin, jumlah kasus di Victoria sebanyak 515 orang dan di New South Wales 17 orang, sehingga total penambahan kasus di Australia sebanyak 532 orang. Di negara bagian lainnya sudah nol kasus, tetapi jumlah penambahan kemarin tersebut menjadi yang terbanyak dalam 4 bulan terakhir, tepatnya sejak 27 Maret ketika jumlah kasus tercatat sebanyak 650 orang.
Australia menjadi salah satu negara yang dianggap sukses meredam penyebaran virus corona, tetapi kini sedang mengalami serangan gelombang kedua di negara bagian Victoria dan New South Wales. Kota Melbourne di Victoria pun sudah di karantina.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia