Ekonom Ramal Defisit Lebih Lebar dari Prediksi Pemerintah
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 lebih lebar dari yang dipatok pemerintah yakni 6,34 persen.
“Menurut saya sebenarnya potensi melebarnya defisit anggaran dari target pemerintah cukup besar,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (20/7).
Menurutnya, melebarnya defisit dari target pemerintah disebabkan sektor ekonomi utama seperti manufaktur dan perdagangan diprediksi baru pulih di kuartal ke IV, dengan asumsi bahwa penyebaran covid-19 masih terjadi pada kuartal III 2020.
Lesunya sektor manufaktur, lanjutnya, tampak dari kontraksi penerimaan pajak dari sektor manufaktur yang mengalami kontraksi sebesar 38,2 persen pada Juni. Meskipun, posisi ini membaik dari sebelumnya 45,2 persen pada Mei 2020.
Sementara itu, secara total defisit APBN semester I 2020 telah mencapai Rp257,8 triliun. Defisit itu setara 1,57 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
“Defisit anggaran akan berada di kisaran Rp1.040 triliun hingga Rp1.100 triliun. Sekitar 6,3 persen sampai 6,5 persen terhadap PDB,” ujarnya.
Selain itu, ia menilai kontraksi penerimaan pajak sektor manufaktur menjadi gambaran awal bahwa proses pemulihan ekonomi di kuartal III akan berjalan lebih lambat dari apa yang diproyeksikan pemerintah.
Pasalnya, sektor ini menyumbang penerimaan pajak terbesar dengan kisaran 28 persen dari total penerimaan pajak.
“Untuk penerimaan pajak, belum pulihnya sektor manufaktur merupakan berita buruk,” ucapnya.
Dihubungi terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai capaian defisit pada medio pertama 2020 ini masih sesuai dengan rentang target pemerintah.
“Menurut saya ini masih sesuai dengan target defisit yang bahkan diperkirakan bisa sekitar 6,34 persen dari PDB,” ucapnya.
Namun, ia mewanti-wanti pemerintah jika tantangan penerimaan makin berat di 6 bulan akhir 2020. Sebab, dampak pandemi ke ekonomi makin memburuk, sehingga harus diantisipasi dengan menjaga defisit APBN sesuai target.
Defisit itu diakibatkan realisasi penerimaan yang belum bisa menutupi kebutuhan belanja negara. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerimaan negara baru terkumpul Rp811,2 triliun dari target Rp 1.699,9 triliun.
Di sisi lain, realisasi belanja negara sudah mencapai Rp1.068,9 triliun atau 39 persen dari target Rp 2.739,2 triliun.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia