Pertama dalam 100 Tahun Tutup Perbatasan, Dolar Australia KO
Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (8/7/2020) melanjutkan penurunan tajam kemarin. Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang kembali meningkat membuat pemerintah Australia menutup lagi perbatasan antar 2 negara bagian dengan populasi penduduk terbanyak, roda bisnis tentunya kembali tersendat dan dolar Australia menjadi tertekan.
Pada pukul 9:34 WIB, AU$ 1 setara Rp 9.984,37, dolar Australia melemah 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar Amerika Serikat, aussie juga melemah tetapi tipis 0,04% di US$ 0,6943.
Sejak Selasa kemarin, perbatasan antara Negara Bagian Victoria dan New South Wales, resmi ditutup guna meredam penyebaran Covid-19 di mana kota Melbourne di Victoria menjadi hotspot baru. Penutupan ini menjadi yang pertama dalam 100 tahun terakhir. Perbatasan kedua negara terakhir ditutup pada tahun 1919 saat terjadinya pandemi flu Spanyol.
“Ini adalah langkah yang cerdas, langkah yang tepat dilakukan saat ini melihat tantangan berat yang kita hadapi dalam meredam penyebaran Covid-19,” kata Gubernur Victoria, Daniel Andrews, sebagaimana dilansir Reuters.
Meski merupakan langkah yang tepat, tetapi kebijakan tersebut akan memberikan pukulan terhadap pemulihan ekonomi Australia, yang kemungkinan akan mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir.
Australia sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19 lagi setelah sukses ditekan bahkan sempat 0 kasus pada 10 Juni lalu. Penambahan jumlah kasus terbaru tercatat sebanyak 169 kasus pada Selasa kemarin, dan 164 diantaranya ada di Negara Bagian Victoria.
Australia menjadi salah satu negara yang sukses menekan penyebaran Covid-19, hingga akhirnya kebijakan karantina (lockdown) dilonggarkan pada Juni lalu. Tetapi kini menghadapi serengan gelombang kedua
Berdasarkan data Worldometer, total kasus Covid-19 di Australia saat ini sebanyak 8.880 kasus setelah pagi ini dilaporkan ada penambahan sebanyak 125 orang, lagi-lagi terbanyak di negara bagian Victoria. Dari total kasus tersebut, yang meninggal dunia sebanyak 106 orang, dan 7.485 dinyatakan sembuh.
Meski sedang mengalami peningkatan kasus Covid-19, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kemarin tidak memberikan stimulus tambahan. RBA mempertahankan suku bunga di rekor terendah 0,25%, dan nilai program pembelian aset atau quantitative easing (QE) juga tidak ditambah.
Gubernur RBA, Philip Lowe masih optimis perekonomian akan segera bangkit, dan mengatakan sudah ada beberapa indikasi ke arah itu, meski secara umum masih dipenuhi ketidakpastian.
“Ekonomi global mengalami penurunan yang tajam sebab negara-negara berusaha meredam penyebaran virus corona. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan tingkat pengangguran naik dengan cepat. Beberapa leading indicator belakangan ini menunjukkan peningkatan, menjadi sinyal kontraksi ekonomi yang terburuk sudah dilewati,” kata Lowe, sebagaimana dilansir news.com.au.
“Meski demikian, outlook perekonomian masih dipenuhi ketidakpastian dan pemulihan akan mengalami naik turun serta tergantung bagaimana virus corona berhasil diredam. Dalam beberapa bulan terakhir, kasus infeksi sudah menurun di beberapa negara, tetapi masih sangat tinggi, sementara di negara lain mengalami peningkatan” tambahnya.
Optimisme yang diberikan RBA mampu membuat dolar Australia terhindar dari penurunan tajam dalam 2 hari terakhir.
Sumber : .cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]