Lonjakan Kasus Corona & Laporan IMF Picu Harga Minyak Amblest

Harga minyak mentah melemah pada perdagangan awal pekan ini. Peningkatan jumlah kasus baru di berbagai negara beberapa hari terakhir menjadi sentimen buruk yang memangkas harga minyak mentah.

Mengawali pekan ini, Senin (29/6/2020) harga minyak mentah kontrak acuan yang ramai ditransaksikan melemah 1,56%. Harga minyak mentah acuan global Brent turun ke US$ 40,38/barel, sementara minyak acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) ke US$ 37,91/barel.

Jumlah orang yang terjangkit Covid-19 kini telah melampaui angka 10 juta. AS, India dan Brazil terus melaporkan lonjakan kasus baru dalam beberapa hari terakhir.

Kenaikan kasus yang terjadi harus membuat Texas mengurungkan niat untuk membuka kembali perekonomiannya.

Seluruh bar diminta untuk menutup operasinya, sementara restoran diminta untuk tetap beroperasi tetapi dengan kapasitas setengahnya.

“Pada saat ini, jelas bahwa peningkatan kasus sebagian besar didorong oleh jenis kegiatan tertentu, termasuk warga Texas yang berkumpul di bar,” kata Gubernur Texas Greg Abbott sebagaimana diwartakan CNBC International.

Florida juga mengumumkan akan melarang warganya berkumpul di bar setelah negara bagian tersebut melaporkan adanya lonjakan kasus baru yang hampir mencapai angka 9.000. Di Arizona, jumlah kasus melonjak 5,4%, melampaui rata-rata tujuh hari di 2,9%.

Sentimen lain yang juga turut membuat harga minyak terpangkas adalah laporan IMF yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan lebih buruk dari proyeksi sebelumnya pada April lalu.

Lembaga keuangan global tersebut merevisi turun angka proyeksi pertumbuhan PDB dunia sebesar 1,9 poin persentase menjadi minus 4,9% dari sebelumnya di angka minus 3%.

Kendati mobilitas mulai tampak terlihat dari kemacetan yang terjadi di kota-kota besar dunia seperti Shang Hai, New York dan Moscow serta penerbangan internasional yang mulai membaik, risiko ketidakpastian masih tinggi.

Kini pasar masih diliputi kekhawatiran akan ancaman gelombang kedua wabah yang kian nyata. Hal yang ditakutkan adalah ketika lockdown harus kembali diterapkan dan membuat permintaan terhadap bahan bakar melemah lagi.

Namun ada faktor lain yang juga harus diwaspadai yakni meningkatnya ketegangan yang terjadi di jazirah Arab antara Arab Saudi dengan Iran. Tentara Arab Saudi dikabarkan melancarkan tembakan ke tiga kapal nelayan Iran.

Seperti dilaporkan Saudi Press, mengutip Juru Bicara Kerajaan Saudi ini akibat kapal-kapal nelayan Iran terus mendekati wilayah Saudi. Bahkan mereka menolak berhenti.

Sementara itu, Reuters mengutip media Iran yang mengatakan yang ditembak pasukan penjaga pantau Saudi adalah kapal nelayan Iran. Mereka tersesat di perairan Saudi. Namun, tidak ada yang terluka akibat insiden itu.

Di sisi lain, kini minyak acuan AS yakni WTI juga mendapat dua pesaing baru yang dikembangkan oleh S&P Global Platts dan Argus Media. Keduanya menggunakan metodologi penghitungan yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu karena ingin keluar dari sistem tradisional perhitungan harga WTI.

Peluncuran dua patokan harga baru ini dilakukan hanya lebih dari 2 bulan setelah minyak mentah AS jatuh ke level negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Platts AGS mencerminkan nilai minyak mentah light sweet yang disalurkan melalui air (waterborne) yang dipasok dari Permian Basin di Texas barat dan New Mexico, AS, pada jaringan pipa utama ke Teluk.

Sementara Argus AGS, juga dirancang untuk mencerminkan betapa pentingnya Pantai Teluk AS sebagai pusat ekspor utama minyak dan untuk mengatasi kekhawatiran pasar saat ini tentang patokan harga minyak mentah WTI yang berada daratan.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *