IHSG Dibuka Menguat Saat Bursa Global Bervariasi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di tengah bursa global yang bervariasi.
Pada perdagangan Jumat (19/6/2020), IHSG dibuka naik 0,54 persen menjadi 4.951. Terpantau saham 70 menguat, 32 saham melemah, 51 saham stagnan.
MNC Sekuritas memberikan 2 skenario dalam pergerakan IHSG. Pertama, dengan level support terdekat IHSG di angka 4.816 dan resistance pada level 5.140. Apabila IHSG terkoreksi kembali dan menembus 4.816 atau bahkan 4.712, maka skenario korektif berwarna biru yang berlaku.
Pada skenario tersebut, IHSG akan terkoreksi membentuk wave C dari wave (2) ke area 4.400 hingga 4.500. Namun sebaliknya, bila IHSG ternyata menembus resistance 5.140, maka IHSG akan membentuk wave [v] dari wave C pada skenario merah.
“Level support pada hari ini berada di angka 4.816 hingga 4.712, sementara resistance di kisaran 5.040 hingga 5.140,” demikian kutipan laporan tersebut.
Sementara itu, Bursa Asia dibuka bervariasi seiring dengan sentimen memanasnya hubungan AS-China dan kenaikan pasien yang terkena virus Covid-19.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (19/6/2020), indeks Topix Jepang dibuka di zona merah dengan penurunan sebesar 0,3 persen pada perdagangan pagi ini. Kontraksi juga dialami oleh Indeks Kospi Korea Selatan yang turun 0,6 persen.
Sementara itu, indeks S&P/ASX200 Australia mengalami kenaikan sebesar 0,4 persen. Adapun indeks berjangka S&P 500 bergerak naik 0,2 persen hingga pukul 09.31 waktu Tokyo, Jepang.
Investor terus berspekulasi terkait dampak kenaikan jumlah kasus positif virus corona di sejumlah wilayah terhadap pemulihan ekonomi yang dibantu dengan kucuran paket stimulus. Di negara bagian Florida, AS, lonjakan kasus positif telah melebihi rata-rata minggu kemarin.
Hal serupa terjadi di Texas dimana angka kunjungan rumah sakit karena kasus virus corona melanjutkan tren lonjakan kasus positif selama 7 hari berturut-turut.
Sementara itu, hubungan antara China dengan AS kian memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pemutusan hubungan dengan negara tersebut masih menjadi opsi yang dipertimbangkan.
“Saat ini tidak ada analis, perusahaan, atau manajer investasi yang mengetahui tingkat pendapatan pada 2020 dan 2021. Banyak terjadi gangguan pada ekonomi dan pola konsumsi masyarakat yang membuat banyak pihak kesulitan memprediksi,” ujar Head of Thematic Strategy di BlackRock Inc., Kate Moore
Volume perdagangan di pasar modal AS juga kian memperburuk pergerakan saham. Penurunan yang cukup signifikan terjadi saat munculnya artikel terkait kritik John Bolton terhadap Presiden AS, Donald Trump.
Sumber : bisnis.com
Gambar : AyoSemarang.com