Awal Pekan, Rupiah Menguat Tipis ke Rp14.052 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.052 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (15/6) pagi. Posisi tersebut menguat tipis 0,57 persen dibandingkan perdagangan Jumat (12/6) di level Rp14.060 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, dolar Singapura melemah 0,09 persen, dolar Taiwan melemah 0,08 persen, won Korea Selatan melemah 0,33 persen, peso Filipina melemah 0,16 persen, rupee India turun 0,08 persen, yuan China turun 0,08 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,31 persen.
Penguatan mata uang di kawasan Asia dialami baht Thailand sebesar 0,12 persen dan yen Jepang sebesar 0,23 persen. Sedangkan, dolar Hong Kong stagnan 0.
Sementara itu, mata uang di negara maju masih bergerak variatif di hadapan dolar AS. Kondisi ini ditunjukkan dolar Australia menguat 0,33 persen dan franc Swiss menguat 0,04 persen dan poundsterling Inggris menguat 0,08 persen. Adapun dolar Kanada melemah sebesar 0,23 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi hari ini sentimen negatif atas rupiah yang terjadi sejak Jumat pekan lalu bisa berlanjut. Potensi pergerakan rupiah hari ini diramal pada rentang Rp14.050-Rp14.300 per dolar As
Rupiah bisa melemah lagi terhadap dolar AS, kata Ariston, karena pelaku pasar keuangan global mulai mengantisipasi risiko second wave penyebaran wabah karena pembukaan ekonomi, seperti yang terjadi di AS dan beberapa negara lain.
“Kelihatannya pagi ini berita mengabarkan kasus baru di China. Risiko second wave mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko karena kekhawatiran ekonomi akan dibatasi kembali,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Pasar juga merespon negatif pernyataan Bank Sentral AS pada Kamis dini hari lalu yang pesimis ekonomi global akan cepat pulih pasca pandemi. The Fed mengatakan masih akan memberikan stimulus ke perekonomian hingga 2022.
Meski neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan banyak analis akan mengalami sedikit surplus, tapi di sisi lain, pasar juga melihat akan ada penurunan aktivitas ekspor dan impor di bulan Mei yang cukup dalam dibandingkan bulan yang sama tahun lalu karena wabah.
“Jadi mungkin surplus yang kecil ini tidak terlalu mempengaruhi rupiah karena data perdagangan juga menunjukkan penurunan aktivitas,” pungkas Ariston.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Indopos