IMF Ramal Resesi Global, Harga Emas Bisa US$ 2.000/Troy Ons

Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rilis laporan terbarunya meramal ekonomi global mengalami kontraksi tahun ini karena pandemi corona. Proyeksi tersebut menjadi pemicu Aset safe haven seperti emas diburu investor dan harga mulai merangkak naik dan diprediksi bisa mencapai level US$ 2.000/troy ounce.

Pada perdagangan pagi ini Rabu (15/4/2020), harga emas dunia di pasar spot sedikit tergelincir usai menyentuh level tertinggi baru dalam 7 tahun terakhir. Pada 07.30 WIB harga logam mulia emas dibanderol US$ 1.726,21/troy ons atau melemah 0,11% dibanding posisi penutupan kemarin.

Pelemahan ini tak membuat harga emas lengser dari rentang posisi tertingginya. Harga emas memang tengah melesat akhir-akhir ini. Dalam kurun waktu 8-14 April 2020, harga emas telah mencatatkan apresiasi sebesar 4,98%.

Maklum sentimen ekonomi global yang terpuruk dan berada di jurang resesi membuat emas makin berkilau. Koreksi yang terjadi pada awal perdagangan ini masih tak sebanding dengan kenaikan harga emas yang signifikan baru-baru ini.

IMF mengatakan pandemi corona adalah sebuah fenomena “Great Lockdown” yang memicu terjadinya resesi global. Dalam laporannya itu, IMF mengungkap suramnya gambaran perekonomian dunia tahun ini.

Organisasi yang berbasis di Washington itu memperkirakan ekonomi global akan terkontraksi 3% pada 2020. Ini merupakan skenario moderat.

Jika pandemi tak segera berhenti merebak hingga semester II 2020, maka kontraksi akan bertambah sebanyak 3 poin persentase (pp) menjadi -6%. Padahal, Januari lalu IMF masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia berada di angka 3,3% tahun ini.

“Kemungkinan besar tahun ini, ekonomi global akan mengalami resesi yang hebat sejak Great Depression, melampaui krisis keuangan global satu dekade lalu” kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, melansir CNBC International.

“Ini adalah sebuah periode krisis di mana guncangan yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan kebijakan ekonomi mengingat kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir” tambahnya.

Terpuruknya perekonomian global ketika miliaran orang di dunia harus terkungkung di dalam rumah hingga periode yang tak pasti membuat investor kembali memulai aksi perburuan emas yang mengakibatkan kenaikan harga.

“Ada banyak pembelian aset safe-haven saat ini. Saat ini pasar diliputi dengan adanya kekhawatiran akan resesi/depresi. Prospek ekonomi terlihat cukup mengerikan,” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, melansir Reuters.

“The Fed AS baru saja menggelontorkan uang ke perekonomian sebesar US$ 2 triliun pekan lalu dan bank-bank sentral lainnya di seluruh dunia juga akan melakukan hal yang sama yakni memangkas tingkat suku bunga hingga mendekati nol. Ada banyak kekhawatiran di luar sana dan itu hanya akan menjadi lingkungan yang sempurna untuk emas untuk diperdagangkan di US$ 2.000. ” tambahnya.

Terlepas dari apakah ramalan tersebut dapat terwujud atau tidak, ruang untuk harga emas menguat memang masih ada. Ke depan pergerakan harga tiap-tiap jenis aset masih akan diwarnai dengan sentimen perkembangan pandemi yang kini telah menginfeksi nyaris 2 juta orang di seluruh penjuru dunia tersebut.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Kompas.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *