Cadangan Penyangga Mau Ditingkatkan, Harga Minyak Melesat
Usai anjlok signifikan pada penutupan perdagangan kemarin, hari ini harga minyak mentah kembali naik. Kenaikan ini dipicu oleh adanya harapan negara-negara di dunia mulai membeli minyak untuk cadangan penyangga minyaknya.
Rabu (15/4/2020) harga minyak mentah kontrak berjangka melesat lebih dari 1%. Pada 09.55 WIB harga minyak Brent dibanderol di US$ 29,98/barel atau naik 1,28% dari posisi kemarin.
Sementara itu minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan mencapai 1,89% ke level US$ 20,49/barel.
Kemarin (14/4/2020) harga minyak mentah kembali anjlok dalam. Harga minyak mentah Brent anjlok 6,7% sementara WTI ambles lebih dalam sebesar 10,3%.
Anjloknya harga minyak dipicu oleh volume pemangkasan produksi Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC+) yang tak mampu mengimbangi penurunan permintaan akibat merebaknya pandemi corona.
Pada pekan lalu tepatnya Kamis (9/4/2020) OPEC+ sepakat pangkas produksi minyaknya sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd). Kesepakatan ini membuahkan hasil pemangkasan produksi minyak terbesar sepanjang sejarah. Tak tanggung-tanggung, 10% dari produksi global dipangkas mulai Mei-Juni.
Untuk periode Juli-Desember 2020, OPEC+ akan memangkas produksi sebesar 7,7 juta bpd. Setelah itu produksi minyak akan dipangkas sebesar 5,8 juta bpd mulai dari Januari 2021 – April 2022.
Di saat yang sama permintaan minyak sudah anjlok dalam sejak Maret akibat pandemi. Bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan pada Maret saja permintaan minyak global sudah anjlok 10,5 juta bpd. Pada minggu terakhir Maret, Goldman memperkirakan konsumsi minyak dunia turun 26 juta bpd atau setara dengan 25% dari permintaan global.
Lebih lanjut Goldman Sachs memperkirakan permintaan minyak di bulan April akan semakin tertekan dan mengalami kontraksi hingga 18,7 juta bpd pada April ini.
Sentimen kedua yang juga membuat harga si emas hitam anjlok yaitu ramalan IMF yang mengatakan ekonomi dunia akan terkontraksi sebesar 3% tahun ini.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC international, Gita Gopinath selaku kepala ekonom IMF mengatakan bahwa dampak dari pandemic corona terhadap ekonomi lebih besar dari dampak krisis keuangan global 2008 silam.
Namun di sisi lain di momen-momen seperti ini akan banyak negara-negara yang mulai mengisi cadangan penyangga minyaknya. Singkatnya cadangan minyak penyangga atau bahasa kerennya dikenal dengan Strategic Petroleum Reserve (SPR) adalah stok minyak suatu negara atau badan tertentu yang tak bisa diotak-atik kecuali terjadi disrupsi terhadap pasokan akibat bencana tau perang.
OPEC+ mengindikasikan bahwa Badan Energi Internasional (IEA), kemunginan akan membeli beberapa juta barel untuk mendukung keputusan pemangkasan produksi minyak OPEC+.
Departemen Energi AS mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya sedang melakukan negosiasi dengan sembilan perusahaan energi untuk menyimpan sekitar 23 juta barel minyak dalam negeri di Strategic Petroleum Reserve (SPR).
Di sisi lain, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) mengatakan aksi beli minyak untuk mengisi cadangan penyangga di negaranya akan mencapai 200 juta barel dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini menjadi sentimen positif untuk harga minyak di tengah pandemi corona yang masih merebak.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Pasardana
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]