Menyandang Status Safe Haven, Yen Jeblok 1,3% Lawan Dolar AS
Nilai tukar yen melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (19/2/2020) hingga menyentuh level terlemah 9 bulan.
Kedua mata uang ini menyandang status aset aman (safe haven), dan bisanya yen lebih unggul. Tapi kali ini berbeda, dolar yang lebih unggul. Sebabnya serangkaian data ekonomi AS yang bagus berbanding terbalik dengan Jepang yang terancam resesi.
Pada perdagangan Rabu kemarin, yen jeblok 1,36% ke 111.35/US$, yang merupakan level terlemah sejak 3 Mei 2019. Sementara pada hari ini, Kamis (20/2/2020) pukul 9:30 WIB, yen menguat tipis 0,07% ke 112,27/US$.
Sejak awal bulan ini data ekonomi AS memang dirilis cukup bagus yang membuat dolar AS perkasa.
Pada pekan lalu Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers’ index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
Rilis data tersebut terbilang mengejutkan mengingat polling Reuters memprediksi kenaikan hanya ke 48,5 atau masih berkontraksi. Sementara itu dari sektor non manufaktur, ISM melaporkan peningkatan ekspansi menjadi 55,5, dari sebelumnya 55.
Kemudian Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang Januari ekonomi AS menyerap 225.000 tenaga kerja, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 147.000 tenaga kerja. Tingkat tenaga kerja naik menjadi 3,6% naik dari bulan Desember 3,5%. Selain itu rata-rata upah per jam tumbuh 0,2% di bulan Januari dari bulan sebelumnya yang tumbuh 0,1%.
Data terbaru menunjukkan indeks harga produsen naik 0,5% month-on-month (MoM) di bulan Januari, jauh lebih tinggi dari kenaikan bulan sebelumnya 0,1% dan prediksi Reuters sebesar 0,1%, Sementara itu indeks harga produsen inti, yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan, juga naik 0,5% MoM, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,1% dan prediksi Reuters 0,2%.
Rilis tersebut memberikan gambaran inflasi yang dilihat dari indeks harga konsumen akan berpeluang naik. Data tersebut melengkapi serangkaian data cukup bagus yang dirilis sejak awal bulan.
Serangkaian data tersebut tentunya memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk tidak lagi menurunkan suku bunga di tahun ini, dolar pun menjadi perkasa.
Di sisi lain, Jepang terancam mengalami resesi setelah perekonomiannya berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.
Melihat perbandingan data tersebut, menjadi pilihan yang logis investor masuk ke dolar ketimbang yen. Dampaknya nilai tukar yen merosot tajam.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : DailyFX
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]