Dolar Perkasa, Harga Emas Juga Dihajar Tak Berdaya

Harga emas di pasar spot pagi ini mengalami koreksi. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) jadi faktor yang memberatkan harga emas.

Rabu (22/1/2020) harga emas di pasar spot turun 0,29% ke level US$ 1.552,9/troy ons. Harga emas mengalami koreksi sebesar 0,54% sejak 20 Januari lalu hingga hari ini.

Faktor yang membuat harga emas jadi tak seperkasa sebelumnya adalah penguatan nilai tukar dolar AS. Hal ini tercermin dari menguatnya indeks dolar yang mengukur keperkasaan mata uang Paman Sam itu di hadapan euro, yen, pound, dolar Kanada, krona dan franc.

Indeks dolar menguat 0,13% dibanding posisi kemarin. Sejak awal tahun indeks dolar terus mengalami reli. Tercatat sejak 1 Januari 2020 hingga hari ini indeks dolar telah mengalami kenaikan sebesar 1,32%.

Menguatnya dolar bukan hal yang baik untuk emas. Logam mulia yang dibanderol dengan mata uang dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain selain dolar. Harga emas yang sudah tinggi ditambah dengan dolar yang menguat memberikan efek dobel yang memberatkan harga emas.

Seperti diketahui bersama, akibat perang dagang antara AS dan China yang berlangsung dalam kurun waktu 18 bulan membuat perekonomian global melambat. Kala ekonomi tak kondusif aset minim risiko seperti emas jadi diburu. Imbasnya harga emas mengalami kenaikan 18% dalam setahun pada 2019.

Walau AS-China sudah berdamai pertengahan Januari lalu, kesepakatan fase satu itu tetap menyisakan pertanyaan besar. Ruang ketidakpastian masih ada karena poin perjanjian yang tak benar-benar menyasar permasalahan pokok antara keduanya.

AS masih mengenakan tarif 25% ke produk impor asal China senilai US$ 250 miliar. China yang ditarget akan membeli barang dan jasa dari AS senilai US$ 200 miliar hingga 2021 juga dinilai tak realistis dan dapat merusak pasar.

Oleh karena itu, Dana Moneter Internasional (IMF) pada pertemuan World Economic Forum di Davos meramalkan pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 di angka 3,3% direvisi turun dari ramalan Oktober 2019 yang memperkirakan ekonomi tumbuh di angka 3,4%.

Saat ini pasar juga tengah mengamati kasus merebaknya coronavirus yang menyerang China. Virus ini dapat menjadi wabah dan mengganggu aktivitas perekonomian. Masalahnya, virus ini merebak kala mendekati liburan tahun baru China. Kini semua orang menjadi waspada.

Awalnya virus ini merebak di Wuhan, China. Sudah ada enam orang meninggal karena terserang virus ini. di Wuhan dilaporkan ada 300 orang yang terinfeksi virus ini. Hal itu diungkapkan langsung oleh Zhao Xianwang selaku Wali Kota Wuhan.

Tak hanya China saja, virus ini juga sudah menjangkiti beberapa negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, hingga Thailand. Semua melibatkan turis China asal Wuhan.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Katadata

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *