Setelah AS-China Deal, Kini Data Ekonomi Tentukan Harga Emas
Pada perdagangan pagi ini, harga emas di pasar spot tak banyak bergerak. Setelah Amerika Serikat (AS) dan China tanda tangani kesepakatan dagang fase satu, kini rilis data ekonomi yang jadi penentu harga si logam mulia.
Jumat (17/1/2020) harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.552,34/troy ons. Harga emas menurun sangat tipis 0,01% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Bisa dikatakan harga emas tak bergerak atau flat pada perdagangan pagi ini.
Dua hari lalu tepatnya tanggal 15 Januari 2020, AS dan China yang masing-masing diwakili oleh Donald Trump dan Liu He menandatangani kesepakatan dagang interim di Gedung Putih. Setelah berseteru kurang lebih 18 bulan terakhir keduanya beritikad untuk mengakhirinya.
Namun banyak yang menyangsikan kesepakatan itu. Poin dari kesepakatan yang dibuat dinilai tak menyasar masalah inti keduanya. AS akan mengurangi tarif impor untuk barang China senilai US$ 120 miliar menjadi 7,5% dari sebelumnya 15%. Sementara China akan membeli barang dan jasa AS senilai US$ 200 miliar hingga 2021.
Reuters melaporkan, poin yang disorot dari perjanjian itu ada dua. Pertama, tarif hanya dipangkas dan bukan dihapus. Itu pun untuk sebagian produk China saja. Masih ada tarif 25% yang dikenakan untuk barang impor asal China senilai US$ 250 miliar. Artinya tarif yang tinggi masih tetap ada. Toh tahun 2017 sebelum genderang perang ditabuh tarif itu tak ada.
Poin kedua yang disorot adalah target pembelian barang dan jasa dari China senilai US$ 200 miliar hingga dua tahun terutama untuk produk pertanian dan produk energi. Target tersebut dirasa sangat tidak realistis.
Karena jika mengacu pada data historis target tersebut membuat China harus membeli produk AS dengan nilai dua kali lipat dari biasanya per bulan. ini untuk kasus produk energi seperti minyak bumi, LNG dan batu bara.
Jika China menepatinya, maka produsen AS akan sangat bergantung dengan satu konsumen besar yaitu China. Tentu bergantung pada satu konsumen besar punya risiko yang besar pula. Selain itu kesepakatan ini juga akan berdampak kembali merusak pasar yang ada. Nasib suplier batu bara China seperti Australia misalnya dipertaruhkan di sini.
Kesepakatan yang menyisakan tanda tanya ini membuat harga emas naik kala kesepakatan dagang diteken. Namun sehari setelahnya harga emas melorot. AS dan China akan kembali merundingkan perjanjian dagang fase dua yang akan lebih banyak membahas tarif usai pemilu AS November nanti.
Kini semua mata menjadi tertuju pada rilis data ekonomi kedua negara yang berseteru. Dari Paman Sam, rilis data ekonomi yang tak mengecewakan akhir-akhir ini membuat selera terhadap risiko investor kembali. Hal ini menyebabkan harga emas sempat melorot kemarin.
Kemarin, rilis data penjualan eceran AS bulan Desember menunjukkan pertumbuhan 0,3% (month on month), setelah data penjualan ritel bulan November juga direvisi naik menjadi 0,3%. Data Desember kemarin menandakan pertumbuhan ritel tumbuh dalam tiga bulan terakhir 2019.
Penjualan makanan, minuman, barang elektronik, pakaian dan perkakas rumah tangga serta bensin membukukan rebound. Sementara penjualan kendaraan bermotor masih turun.
Tak hanya itu, klaim dan pengisian tunjangan pengangguran di AS juga turun minggu lalu, menandakan penurunan terus menerus dalam lima pekan terakhir. Menurut data Trading Economics, jumlah klaim untuk tunjangan pengangguran pada 11 Januari 2020 sebanyak 204.000. Turun 10.000 jika dibanding dengan jumlah klaim pekan sebelumnya.
Penurunan klaim tunjangan pengangguran terjadi walau pertumbuhan lapangan kerja melambat akhir-akhir ini. hal ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kuat dan mampu menopang belanja masyarakat AS.
Beralih ke China, Negeri Panda itu mencatatkan pertumbuhan ekonominya di angka 6% pada kuartal IV. Data tersebut dirilis pagi ini. Angka tersebut sesuai dengan konsensus yang dihimpun Reuters.
Rilis data ekonomi inilah yang kali ini ikut mempengaruhi harga emas. Kesepakatan dagang yang menyisakan tanda tanya, tetapi data ekonomi yang bisa dibilang bagus membuat harga emas galau pagi ini. Namun untuk ke depan harga emas masih berpotensi naik mengingat ketidakpastian terkait damai dagang dan situasi global lainnya masih ada
Emas sebagai aset minim risiko memang diburu kala kondisi ekonomi dan politik global sedang tak kondusif. Kala perang dagang AS-China berkecamuk, misalnya harga emas mampu meroket hingga lebih dari 18% dalam setahun.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : okezone.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]