Harga Emas Capai Level Terendah Selama 2 Minggu
Harga Emas turun pada hari Senin, mencapai level terendah dalam dua minggu terakhir. Hal ini terjadi karena selera investor untuk aset berisiko meningkat akibat optimisme baru bahwa resolusi untuk konflik perdagangan AS-Tiongkok yang berlarut-larut akan segera tercapai.
Harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD 1,455.87 per ounce, setelah menyentuh level terendah sejak 12 November di USD 1,453.40. Emas berjangka AS 0,5 persen lebih rendah dan berasa pada USD 1,456,90 per ounce.
“Ada beberapa sentimen baru di pasar berdasarkan berita dari kesepakatan perdagangan. Kita telah melihat perdagangan obligasi sedikit lebih lemah, perdagangan yen lebih lembut juga dan emas bergerak ke level lebih rendah,” kata Saxo Bank ahli strategi komoditas Ole Hansen.
Hansen menambahkan bahwa pasar saham diperdagangkan dengan asumsi bahwa kesepakatan perdagangan akan tercapai. Saham dunia melakukan reli terbatas, sementara yen safe-haven Jepang jatuh ke level terendah satu minggu terhadap dolar AS.
Beijing dan Washington sangat dekat dengan perjanjian perdagangan awal. Surat kabar China Global Times melaporkan, mengutip para ahli telah dekat dengan perundingan.
Menambah suasana positif adalah pengumuman akhir pekan bahwa China akan berusaha untuk meningkatkan perlindungan untuk hak kekayaan intelektual. Perlindungan hak kekayaan intelektual adalah elemen kunci yang AS. inginkan agar Tiongkok direformasi untuk mencapai kesepakatan perdagangan.
“Bisa jadi bahwa pendekatan garis keras AS pada kesepakatan perdagangan dengan China memberi tekanan pada China untuk segera menyelesaikan transaksi,” analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan dalam sebuah catatan.
Investor Tetap Berhati-hati
Namun, investor tetap berhati-hati dengan para pejabat. Anggota parlemen dan pakar perdagangan dari kedua belah pihak mengatakan kesepakatan perdagangan “tahap dua” yang ambisius tampak lebih kecil kemungkinannya.
“Tidak ada penjualan besar di pasar emas, yang mungkin menunjukkan bahwa orang masih skeptis tentang perkembangan ini,” kata analis Julius Baer, Carsten Menke. “Mereka melihat mereka sebagai semacam bantuan sementara, bukan solusi jangka panjang yang nyata,” tambahnya.
Sumber : liputan6.com
Gambar : BuktiPers
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]