Harga Minyak Mentah Naik, Tapi Harus Tetap Waspada
Harga minyak mentah dunia naik tipis pagi ini, Senin (25/11/2019). Pasar masih bersikap reaktif terhadap dinamika hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.
Harga minyak mentah Brent naik 0,17% ke level US$ 63,5/barel. Harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan sebesar 0,17% ke level US$ 57,87/barel.
Mengawali perdagangan pekan ini, harga minyak terangkat karena pernyataan pejabat AS yang kembali memicu optimisme damai dagang AS-China akan terjadi setelah berkali-kali mengalami tarik ulur.
Pasar masih merespon reaktif terhadap kabar terkait dinamika hubungan AS-China yang terlibat dalam perang dagang kurang lebih 16 bulan terakhir.
Pekan lalu, Presiden Trump dalam wawancara dengan Fox News Channel mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China tahap pertama mungkin sudah dekat.
“Kita akan segera memperoleh kesepakatan dengan China, mungkin sudah dekat. Kami mendukung Hong Kong, tetapi saya juga mendukung Presiden Xi (Jinping). Beliau sahabat saya, seorang yang luar biasa,” kata Trump dalam acara tersebut, seperti diberitakan Reuters.
Sementara itu Robert O’Brien, pada Sabtu minggu kemarin (23/11/2019) mengungkapkan bahwa perjanjian damai dagang AS-China tahap pertama bisa diteken pada akhir tahun ini.
“Kami berharap bisa mencapai kesepakatan pada akhir tahun, saya masih merasa itu mungkin. Pada saat yang sama, kami juga tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi di Hong Kong atau Laut China Selatan atau wilayah lainnya di mana aktivitas China dinilai mengkhawatirkan,” papar O’Brien, seperti diwartakan Reuters.
Perang dagang yang terjadi membuat volume perdagangan dunia jadi terkontraksi dan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Ketika ekonomi tumbuh melambat, permintaan terhadap energi khususnya minyak mentah juga berpotensi melambat. Inilah yang jadi kekhawatiran sampai saat ini.
Pasar melihat peluang jika hubungan dagang AS-China kembali mesra, kondisi ekonomi akan berangsur pulih dan permintaan minyak pun dapat ikut terdongkrak.
Walau optimisme kembali muncul, isu Hong Kong berpotensi menjadi ganjalan dan perlu dicermati. House of Representatives dan Senat AS mengesahkan aturan yang meminta penegakan hak asasi manusia di wilayah otonom China itu.
Aturan itu tinggal menunggu tanda tangan Presiden AS Donald Trump untuk segera berlaku efektif. Salah satu poinnya adalah AS bisa mengenakan sanksi bagi aparat pemerintah China yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.
Sikap Washington yang mulai terang-terangan mengintervensi Hong Kong tentu membuat Beijing gerah. Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa Hong Kong adalah urusan dalam negeri mereka.
Sentimen ini berpotensi menjadi batu ganjalan untuk rujuknya AS dengan China dan tentunya jadi sentimen pemberat harga minyak mentah.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Jurnas.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]