Gosip Damai Dagang AS-China & Fed Funds Rate Untungkan Rupiah

Kurs rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Kamis (10/10/19) akibat semakin menguatnya peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reeserve/The Fed).

Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.165/US$, sempat melemah tipis 0,07%, Mata Uang Garuda kemudian berhasil menguat ke 0,28% ke level Rp 14125/US$.

Rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed dini hari tidak ada perbedaan dengan saat pengumuman kebijakan moneter pada 19 September lalu. Saat itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2%.

Pemangkasan tersebut merupakan yang kedua kalinya di tahun ini, dan sikap para anggota komite pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) terbelah saat memutuskan menurunkan suku bunga, maupun melihat proyeksi suku bunga di sisa tahun ini.

Dari 17 anggota FOMC, tujuh di antaranya memperkirakan ada sekali lagi penurunan suku bunga acuan sampai akhir tahun. Kemudian lima lainnya melihat suku bunga yang saat ini masih bisa dipertahankan sampai akhir 2019, sementara sisanya malah memperkirakan bakal ada kenaikan.

Pasca rilis notula tersebut pelaku pasar melihat peluang The Fed memangkas suku bunga di akhir bulan ini sedikit meningkat. Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan probabilitas sebesar 85% suku bunga akan dipangkas 25 bps menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB).

Probabilitas tersebut lebih tinggi dari Rabu kemarin di kisaran 80%.

Selain potensi pemangkasan suku bunga The Fed, perundingan dagang AS-China akan menjadi fokus hari ini. Washington kali ini menjadi tempat bertemunya delegasi kedua negara, perundingan akan dimulai Kamis waktu setempat dan berlangsung selama dua hari.

Beberapa jam sebelum perundingan dimulai, “gosip” berhembus yang membuat pergerakan pasar volatil. Pagi tadi sebelum pasar Indonesia dibuka, CNBC International mengutip harian South China Morning Post yang mengatakan perundingan dagang AS-China di pekan ini tidak membuat kemajuan apapun.

Harapan akan adanya damai dagang atau setidaknya beberapa kesepakatan kembali meredup dan membuat aset-aset berisiko rontok.

Tetapi tidak lama CNBC International mendapat jawaban dari pihak Gedung Putih yang menyebutkan laporan South China Morning Post tidak akurat. Sentimen pelaku pasar kembali membaik, dan rupiah bisa menguat.

“Gosip” terbaru dari perundingan kedua negara akan menjadi sangat sensitif mempengaruhi pergerakan pasar finansial.

Rupiah bergerak di dekat Rp 14.160/US$ yang menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Selama tertahan di bawah level tersebut, rupiah memiliki peluang menguat kembali ke level US$ 14.130/US$.

Sementara jika menembus ke ke atas US$ 14.160/US$, rupiah berpotensi berbalik melemah ke RP 14.180/US$.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Jawa Pos

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *