Disulut Ketegangan di Timteng, Harga Minyak Naik Lagi
Harga minyak mentah dunia kembali merangkak naik akibat ketegangan di Timur Tengah yang semakin meningkat.
Pada perdagangan hari Senin (8/7/2019) pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman September naik 0,19% ke level US$ 64,35/barel.
Sementara harga light sweet (WTI) kontrak pengiriman Agustus menguat 0,3% menjadi US$ 57,68/barel.
Sepekan kemarin, harga Brent dan WTI tercatat melemah masing-masing sebesar 3,3% dan 1,8% secara point-to-point.
Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) pada hari Jumat (5/7/2019) telah mengancam akan menangkap kapal kargo berbendera Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
Ancaman tersebut dilakukan sebagai aksi balasan atas penangkapan kapal tanker Iran oleh Angkatan Laut Inggris di selat Gibraltar.
“Jika Inggris tidak melepaskan kapal tanker Iran, adalah tugas pihak berwenang untuk menangkap kapal tanker Inggris,” tulis Komandan IRGC, Mohsen Rezai melalui akun Twitter.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pun ikut masuk dalam ketegangan dengan melontarkan komentar bernada ancaman. “Kami akan melihat apa yang terjadi dengan Iran. Iran harus sangat, sangat berhati-hati,” ujar Trump pada reporter di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Ketegangan tersebut, telah menimbulkan kekhawatiran pasokan bagi sejumlah pihak. Terlebih jika konflik berkembang menjadi adu senjata. Produksi minyak di beberapa titik di Timur Tengah bisa mengalami gangguan.
Selain itu, harga minyak juga mendapat dorongan dari data tenaga kerja di AS yang cemerlang.
Akhir pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan angkat penciptaan tenaga kerja non-pertanian periode Juni sebesar 224.000.
Angka tersebut jauh lebih besar ketimbang prediksi konsensus yang hanya 160.000 lapangan kerja, mengutip Trading Economics.
Kondisi tersebut mengindikasikan tenaga kerja yang kuat. Konsumsi masyarakat kemungkinan besar masih terjaga.
Begitu pula permintaan minyak mentah yang akan didorong oleh konsumsi bensin masyarakat. Terlebih saat ini sudah awal musim panas, dimana biasanya konsumsi bensin meningkat akibat maraknya aktivitas mengemudi.
Musim panas di AS biasa dikenal dengan musim mengemudi (driving season).
Akan tetapi kenaikan harga minyak juga mendapat beban dari rilis data industri Jerman yang tidak bisa dibilang bagus.
Pada bulan Mei pesanan barang-barang industrial Negeri Panzer turun 2,2% secara bulanan (month-on-month/MoM), seperti yang diumumkan oleh Kementerian Ekonomi pada hari Jumat (5/7/2019). Angka penurunan tersebut juga lebih dalam dibanding prediksi konsensus yang hanya 0,1% MoM.
Jerman merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dataran Eropa. Kala aktivitas industri Jerman lesu, kemungkinan akan menular ke negara-negara sekitarnya. Permintaan energi, yang salah satunya adalah minyak pun semakin sulit tumbuh.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Medcom.id
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]