Pertemuan Trump-Xi Tak Pasti, Harga Emas Masih Tinggi

Harga emas di pasar global masih anteng di posisi tertinggi sejak Februari. Emas menjadi salah satu pilihan investor yang sedang mencari aman di tengah ketidakpastian akibat masih panasnya hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Pada perdagangan Rabu (12/6/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) naik tipis 0,08% ke level US$ 1.332,3/troy ounce. Sementara harga emas di pasar spot naik 0,14% menjadi US$ 1.328,54/troy ounce.

Perhatian pelaku pasar masih tertuju pada perkembangan perang dagang AS-China. Pada awal pekan, Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa dirinya akan meningkatkan bea impor produk China bila tidak ada perkembangan yang positif terkait dialog dagang.

Rencananya, Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang, akhir bulan ini. Namun status pertemuan ini masih agak samar-samar. Sebab pihak China hingga saat ini belum memberikan konfirmasi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang lagi-lagi menyatakan tidak ingin terburu-buru mengonfirmasi pertemuan Xi-Trump pada KTT G20, mengutip Reuters.

“China tidak ingin perang dagang, namun kami tidak takut. Bila AS ingin mengeskalasi gesekan dagang, kami akan merespon dan melawan hingga akhir,” ujar Geng.

Artinya, kekhawatiran eskalasi perang dagang masih cukup besar. Bahkan semakin mendekati tanggal KTT G20, kekhawatiran tersebut akan semakin membuncah. Dalam kondisi penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, investor akan cenderung mengalihkan asetnya safe haven, salah satunya adalah emas.

Memang, dolar AS juga merupakan salah satu safe haven yang populer. Namun sayangnya pekan lalu Gubernur The Federal Reserves/The Fed Jerome ‘Jay’ Powell mengeluarkan pernyataan bernada dovish.

“Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan erhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target 2%,” kata Powell.

Pelaku pasar pun berpersepsi bahwa tindakan yang akan diambil The Fed adalah menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Penurunan suku bunga sudah tentu akan membuat greenback rentan terdepresiasi karena berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang menarik.

 

 

 

 

 

Sumber : .cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *