Sentimen Positif-Negatif Sama Kuat, Harga Emas Stabil

Pergerakan harga emas masih sangat terbatas cenderung stabil. Sentimen perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China masih membuat instrumen emas tetap dipertahankan oleh investor.

Pada perdagangan hari Kamis (23/5/2019), harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) terkoreksi terbatas 0,05% ke level US$ 1.273,6/troy ounce setelah naik tipis 0,08% sehari sebelumnya.

Adapun harga emas di pasar spot terpantau menguat amat tipis 0,01% ke posisi US$ 1.273,5/troy ounce, setelah melemah 0,11 kemarin (22/5/2019).

Harga emas masih mendapat sokongan dari sejumlah ketidakpastian politik dan ekonomi global.

Setelah perang dagang AS-China jilid II resmi dimulai pekan lalu, kini ancaman eskalasi kembali muncul.

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin mengatakan bahwa AS akan mulai memberlakukan tarif impor untuk barang-barang asal China senilai US$ 300 miliar setidaknya dalam waktu satu bulan ke depan.

Sebagai informasi, AS sudah memberlakukan tarif 25% pada barang China senilai US$ 200 miliar pekan lalu. Sementara saat ini untuk barang-barang lain yang senilai US$ 300 miliar belum menjadi korban perang dagang.

Apabila AS benar memberlakukan kebijakan sesuai dengan perkataan Mnuchin, maka akan ada barang China senilai US$ 500 miliar yang menjadi objek perang dagang. China pun hampir pasti akan menerapkan kebijakan serupa. Perang dagang ronde 3 menjadi sulit untuk dihindari.

Apalagi Mnuchin juga mengatakan bahwa pihaknya belum merencanakan dialog dagang dengan China hingga hari Rabu (22/5/2019), mengutip CNBC International.

Damai dagang menjadi terasa sangat jauh. Perlambatan ekonomi akibat dua raksasa ekonomi global saling hambat hubungan dagang yang sudah mulai terasa sejak tahun 2018 semakin sulit hilang. Bahkan berpotensi bertambah parah.

Alhasil potensi koreksi nilai aset pun meningkat, terlebih pada instrumen-instrumen berisiko. Emas yang biasanya menjadi instrumen pelindung nilai (hedging) pun masih dipertahankan untuk menghindari kerugian yang parah.

Beralih ke Benua Biru, nasib perceraian Inggris dengan Uni Eropa (brexit) yang kian tak pasti telah memaksa pemimpin House of Common, Andrea Leadsom mundur dari jabatannya.

Dirinya mengatakan bahwa tidak ingin mendukung pemerintahan yang memasukkan opsi referendum kedua pada pemungutan suara atas proposal brexit. Karena menurut Leadsom, referendum merupakan sesuatu yang sangat berisiko membawa perpecahan.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May dijadwalkan untuk bertemu dengan komite 1922 atau yang biasa dikenal dengan komite konservatif pada hari Jumat (24/5/2019) waktu setempat.

Sebelumnya pemerintah Inggris dikabarkan akan membawa kembali proposal brexit ke hadapan parlemen dengan memasukkan opsi referendum kedua bila ditolak untuk keempat kalinya.

Nasib brexit yang masih tak pasti membuat pelaku pasar ragu untuk masuk ke pasar keuangan. Karena bila sampai keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (no deal brexit), ekonomi Inggris terancam terkontraksi hingga 8%.

Akan tetapi setidaknya notulen The Fed dapat membuat pelaku pasar yakin kekuatan dolar tahun ini dapat dipertahankan. Pasalnya dalam notulen rapat The Fed edisi Mei 2019, Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral tidak akan mengubah suku bunga ‘untuk sementara waktu. Artinya setidaknya kekuatan dolar dapat dipertahankan dan bisa menjadi alternatif safe haven.

Selain itu nilai dolar yang kuat akan membuat harga emas menjadi relatif mahal bagi pemegang mata uang lain. Daya tarik emas agak sedikit pudar karenanya.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : tomorrowmakers.com

 

 

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *