Penjualan Ritel AS Turun, Dolar AS Tetap Perkasa

Indeks dolar masih perkasa memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) meski data penjualan ritel bulan April menunjukkan penurunan. Kuatnya dolar pada hari ini tidak lepas dari performa buruk dua lawannya yakni euro dan poundsterling.

Pada pukul 20:30 WIB, indeks dolar menguat 0,1% ke level 97,62, mengutip data dari Refinitiv. Indeks ini digunakan untuk mengukur kekuatan dolar, dan dibentuk dari enam mata uang lawannya yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia.

Di waktu yang sama, euro dan pound melemah 0,14% dan 0,53%, sementara yen menguat 0,28%. Tiga mata uang lainnya, franc Swiss menguat 0,14% sementara dolar Kanada dan krona Swedia masing-masing melemah 0,14% dan 0,19%.

Penguatan yen dan franc tersebut menunjukkan performa dolar sebenarnya sedang tidak terlalu bagus.

Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel di bulan April turun 0,2% setelah bulan sebelumnya naik 1,7%. Rilis tersebut sekaligus mematahkan prediksi kenaikan 0,2% di Forex Factory.

Sementara penjualan ritel inti yang tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan hanya tumbuh 0,1%, sementara prediksi di Forex Factory sebesar 0,7%.

Euro yang berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar sedang mengalami tekanan akibat Italia yang akan membangkang aturan Uni Eropa (UE).

Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini mengatakan jika dibutuhkan Italia akan melanggar aturan defisit anggaran 3% dari PDB, dan rasio utang 130 – 140% PDB agar tingkat pengangguran turun ke 5%, melansir laporan Reuters. Salvini menambahkan Pemerintah Italia akan melakukan belanja yang diperlukan untuk mencapai target tersebut, dan tidak peduli jika dipermasalahkan oleh pejabat-pejabat UE.

Euro langsung berbalik turun akibat pernyataan tersebut, padahal sebelumnya sedang di zona hijau.

Masih dari Eropa, poundsterling juga tertekan akibat situasi internal. Perdana Menteri Theresa May akan mengajukan proposal Brexit yang ke-empat pada Parlemen Inggris di awal Juni. Tiga proposal sebelumnya selalu kandas saat dilakukan voting, dan kali ini juga diprediksi sama.

Poundsterling sangat sensitif dengan isu Brexit, kabar-kabar terbaru selalu membuat mata uang ini melemah atau menguat dengan signifikan.

Pelemahan euro dan pound sudah cukup untuk membuat indeks dolar menguat, ditambah lagi dolar Kanada dan krona Swedia yang juga melemah.

Penguatan indeks dolar pada hari ini bisa berdampak negatif bagi rupiah pada perdagangan Kamis besok. Apalagi rupiah sudah berada dekat level terlemah 2019 di Rp 14.485 yang dibentuk pada 3 Januari lalu, dan bukan tidak mungkin level tersebut bisa jebol.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *