Takut Perang Dagang AS-China Meletus, Harga Minyak Terkoreksi

Harga minyak mentah dunia masih terus terkoreksi akibat kekhawatiran eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Namun penurunan inventori minyak AS pekan lalu dapat menahan pelemahan harga, sehingga tidak jatuh terlalu dalam.

Pada perdagangan hari Kamis (8/5/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juli melemah 0,87% ke level US$ 69,77/barel, setelah naik 0,72% kemarin (7/5/2019).

Sedangkan harga minyak light sweet (WTI) terkoreksi 0,89% menjadi US$ 61,57/barel, setelah melesat 1,17% sehari sebelumnya.

Kemarin malam, Kemarin malam (8/5/2019) waktu Indonesia, Kantor Perwakilan Dagang AS secara resmi mengatakan bahwa bea impor sebesar 25% akan diterapkan kepada produk-produk asal China yang senilai US$ 200 miliar mulai hari Jumat (10/5/2019).

Kabarnya, keputusan tersebut muncul sebagai jawaban atas sikap China yang menarik mundur beberapa poin kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.

Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs. Ini yang membuat pemerintahan Trump meradang dan sampai mengeluarkan ancaman kenaikan tarif bea masuk.

Kalau sudah begini, artinya harus ada kesepakatan sebelum hari Jumat dini hari jika ingin menghindari perang dagang jilid II.

Wakil Perdana Menteri China, Liu He rencananya akan terbang ke Washington pada hari Kamis (8/5/2019) waktu setempat untuk melanjutkan dialog dagang.

Meskipun sebuah kesepakatan masih mungkin terjadi, namun peluang untuk batal sama sekali juga ada, bahkan sudah di ujung tanduk.

Kementerian Perdagangan China pun juga sudah menyiapkan bea impor balasan yang siap diberlakukan satu menit setelah AS mengeksekusi kenaikan tarif.

Kala dua raksasa ekonomi dunia saling hambat pintu dagang (lagi), maka rantai pasokan global akan terhambat. Dampaknya, aktivitas industri di berbagai negara akan melambat dan membuat permintaan energi (termasuk minyak) juga berkurang.

Tapi untungnya masih ada sentimen positif yang memberi dorongan ke atas pada pergerakan harga minyak.

Inventori minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 3 Mei 2019 turun sebesar 4 juta barel, berdasarkan keterangan Energy Information Administration (EIA), Rabu (8/5/2019). Padahal konsensus pasar yang dihimpun Reuters memprediksi adanya peningkatan stok sebesar 1,2 juta barel pada periode yang sama.

Hal ini menandakan bahwa permintaan minyak di AS masih tumbuh sehat, bahkan jauh di atas ekspektasi pasar. Selain itu, artinya permintaan minyak mentah AS akan naik dalam waktu dekat, dan akan menyerap pasokan global lebih banyak.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Ayooberita.com

 

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *