The Fed Pertahankan Kebijakan Suku Bunga Acuan

Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan suku bunga acuan mereka.

Dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akhir bulan kemarin, mereka memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 2,25 persen sampai dengan 2,5 persen.

Kebijakan tersebut diambil karena data ekonomi AS yang dirilis belakangan ini tidak mampu mendorong keyakinan mereka untuk menaikkan suku bunga acuan. Mereka memang mencatat bahwa memang angka penciptaan lapangan kerja di AS belakangan ini cukup bagus.

Angka tersebut menumbuhkan keyakinan bahwa ekonomi AS saat ini ‘solid’ dan bagus. Tapi di saat bersamaan mereka dihadapkan pada data investasi.

Rilis data menunjukkan adanya perlambatan investasi oleh bisnis dan rumah tangga serta inflasi yang lemah dan jatuh di bawah target The Fed. Gubernur The Fed Jerome Powell meyakini kebijakan suku bunga acuan yang diambil lembaganya saat ini cukup tepat.

“Tapi ke depan kami akan mengawasi inflasi dengan cermat. Kami tidak melihat alasan kuat untuk bergerak ke dua arah,” katanya seperti dikutip dari AFP, Kamis (2/5).

Sementara itu sebelum Fed mengumumkan kebijakan suku bunga acuan mereka, Presiden AS Donald Trump melalui cuitan dalam akun twitternya mengeluarkan kritik keras terhadap bank sentral.

Trump mengecam The Fed karena “tidak henti-hentinya” menaikkan suku bunga meskipun inflasi rendah. Ia menuntut para pejabat bank sentral untuk memotong suku bunga dengan persentase poin penuh.

Serangan Trump tersebut dikhawatirkan pasar akan membuat The Fed tunduk pada tekanan politik. Tetapi Powell menepis kekhawatiran tersebut.

“Kami tidak memikirkan pertimbangan politik jangka pendek, kami tidak membahasnya dan kami tidak mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan dengan satu atau lain cara,” katanya.

Pernyataan Powell tersebut tampaknya mengurangi harapan yang berkembang bahwa The Fed akan condong menurunkan suku bunga acuan.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Financial Times

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *