Tensi Dagang AS-China Tak Mereda, Harga Minyak Brent Merosot
Harga minyak mentah berjangka Brent merosot pada perdagangan Kamis (28/2), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi karena tensi perdagangan AS-China tak kunjung mereda. Selain itu, perekonomian China dan India juga menunjukkan sinyal perlambatan.
Dilansir dari Reuters, Jumat (1/3), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun US$0,36 atau 0,5 persen menjadi US$66,03 per barel. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei juga turun US$0,27 atau 0,4 persen menjadi US$66,31.
Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik US$0,28 atau 0,5 persen menjadi US$57,22 per barel.
Sepanjang Februari, harga WTI menguat 6,4 persen dan Brent menanjak 6,6 persen. Harga minyak mendapatkan dorongan sejak Januari dari kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia. Kelompok itu dikenal dengan sebutan OPEC+.
Aktivitas pabrik di China, importir minyak terbesar di dunia, merosot pada Februari 2019. Penurunan tersebut terjadi selama tiga bulan berturut-turut. Kondisi itu terjadi seiring permintaan ekspor yang turun tajam sejak krisis finansial pada satu dekade lalu.
Selanjutnya, perekonomian India juga kehilangan momentum pada kuartal IV 2018. Imbasnya laju pertumbuhan ekonomi tahunan terseret ke level 6,6 persen, paling lambat dalam lima kuartal terakhir. Selain itu, capaian tersebut juga di bawah ekspektasi.
“Kompleks energi akan membutuhkan bantuan besar dari tren kenaikan baru di pasar ekuitas dan/atau sedikit pelemahan kurs dolar secara berkelanjutan jika WTI mampu diangkat lebih dari level US$58 per barel,” ujar Presidet Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.
Survei Reuters terhadap 36 ekonom dan analis mengindikasikan pesimisme yang meningkat terkait prospek untuk terjadinya reli kenaikan harga yang signifikan tahun ini. Survei memperkirakan rata-rata harga Brent akan berada di kisaran US$66,44 per barel pada 2019, sedikit di bawah proyeksi yang dibuat Januari lalu.
Analis Emirats NBD Edward Bell menilai dalam jangka pendek, pasar minyak akan dipengaruhi oleh pengetatan pasokan pada pasar internasional.
“Namun, sepanjang sisa 2019, kenaikan harga minyak tidak selaras dengan perlambatan laju pertumbuhan perekonomian di pasar utama,” ujar Bell.
Pada Kamis (28/2) kemarin, Presiden AS Donald Trump mengingatkan AS dapat meninggalkan kesepakatan perdagangan dengan China jika tidak cukup bagus meskipun penasihat ekonominya menyatakan sudah ada progres menuju kesepakatan untuk mengakhiri sengketa perdagangan dengan China.
Harga minyak juga mendapatkan tekanan dari produksi minyak mentah AS yang melonjak lebih dari 2 juta barel per hari (bph) sepanjang tahun lalu hingga menyentuh level 12,1 juta bph pada pekan lalu.
Berdasarkan data bulanan pemerintah AS, produksi minyak mentah di Texas, AS naik 35 ribu bph pada Desember 2018. Kenaikan produksi juga terjadi di Dakota Utara sebesar 18 ribu bph.
Direktur Pelaksana Senior Komoditas Huntington Bank Darrell Fletcher menilai ada tarik menarik antara sentimen penguatan harga dari pemangkasan produksi yang dijalankan OPEC+ dengan kenaikan produksi minyak shale AS.
“Saya pikir dalam seminggu atau dua minggu terakhir, posisi lebih unggul berada pada sisi kenaikan harga karena angka yang berasal dari pemangkasan produksi,” ujar Fletcher.
Pemerintah AS mencatat impor minyak AS dari Arab Saudi dan Venezuela telah merosot tajam. Hal itu membantu menekan stok minyak mentah komersial AS sebesar 8,6 juta barel pekan lalu.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak dan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih membicarakan kerja sama bilateral di bidang energi. Namun, dalam pernyataan yang disampaikan Kamis (28/2) kemarin, Novak tak merinci lebih lanjut terkait kerja sama tersebut.
Kemarin, Kementerian Energi AS juga menawarkan minyak mentah manis dari cadangan darurat nasional hingga 6 juta barel pada penjualan yang diamanatkan aturan sebelumnya. Penjualan itu untuk memodernisasi fasilitas.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]