OPEC Tak Gubris Komentar Trump, Harga Minyak Dunia Menguat

Harga minyak mentah dunia menanjak pada perdagangan Selasa (26/2), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengacuhkan komentar Presiden AS Donald Trump dan menyatakan bakal tetap menjalankan pemangkasan pasokan.

Dilansir dari Reuters, Rabu (27/2), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,45 menjadi US$65,21 per barel pada perdagangan Selasa (26/2) kemarin. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar UA$0,02 menjadi US$55,5 per barel.

Sehari sebelumnya, harga minyak mentah berjangka dunia merosot lebih dari 3,5 persen, penurunan harian terbesar sepanjang tahun ini. Pelemahan terjadi setelah Trump menyatakan keinginannya agar OPEC melonggarkan upaya untuk mengerek harga minyak.

Seorang sumber dari OPEC kepada Reuters mengatakan OPEC akan tetap menjalankan kebijakan pemangkasan produksi. Bahkan, OPEC akan mendorong kepatuhan anggotanya maupun negara sekutunya untuk mengetatkan pasokan di pasar, mengacuhkan komentar Trump.

Sumber OPEC tersebut juga menyatakan kartel akan tetap menjalankan kebijakan pemangkasan produksi untuk menyeimbangkan pasar, setidaknya sampai tingkat persediaan global kembali ke level rata-rata lima tahunan.

“Tidak ada keraguan, kami akan melanjutkan kebijakan pemangkasan sesuai rencana,” ujar sumber OPEC tersebut.

Wakil Kepala Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian menilai ekspektasi pasar kembali kepada upaya pemangkasan produksi dan juga pengenaan sanksi kepada Venezuela yang dapat mengetatkan pasokan di pasar.

“Setelah penurunan harga kemarin (Senin 25/2), pasar mencoba untuk stabil kembali,” jelas McGillian di Connecticut.

Sejak awal tahun, harga minyak telah menguat sekitar 20 persen. Penguatan tersebut utamanya dipicu oleh kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC beserta sekutunya, termasuk Rusia. Pada Desember 2018 lalu, kelompok yang disebut OPEC  itu sepakat memangkas sekitar 1,2 juta barel per hari (bph) selama 6 bulan, mulai 1 Januari 2019.

Beberapa waktu lalu, Arab Saudi menyatakan produksinya akan merosot 500 ribu bph lebih banyak dari yang disepakati pada Maret 2019.

Kemudian, pasokan dari Venezuela juga merosot setelah AS menjatuhkan sanksi untuk menekan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Sementara itu, pada Selasa (26/2) kemarin, pemerintah Libya menyetujui rencana perusahaan pelat merahnya untuk membuka kembali lapangan migas terbesarnya El Sharara. Hal itu membebani harga minyak dunia.

Lebih lanjut, investor tengah menanti dirilisnya data mingguan persediaan minyak mentah AS. Survei analis Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS menanjak 3,6 juta barel pada pekan lalu.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com

Gambar : IVOOX.id

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *