Deadline Seminggu Lagi, AS-China Masih Tawar-Menawar

Para negosiator perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China masih melakukan tawar-menawar mengenai isi dari serangkaian perjanjian yang mesti disepakati kedua negara pada Kamis (21/2/2019), seminggu jelang tenggat 1 Maret 2019.

Kedua negara ingin mencapai kesepakatan paling lambat pada 1 Maret, yang merupakan tanggal berakhirnya periode ‘gencatan senjata’ bidang perdagangan antara AS dan China.

Reuters melaporkan secara eksklusif bahwa pada Rabu, kedua belah pihak mulai membuat draft kesepakatan tentang masalah struktural, dan merancang redaksional untuk enam nota kesepahaman (MOU) tentang reformasi yang diusulkan China.

Jika kedua pihak gagal mencapai kesepakatan pada 1 Maret, tarif AS untuk impor China senilai US$ 200 miliar akan naik menjadi 25% dari saat ini 10%.

Adapun enam rekomendasi kesepakatan itu mencakup berbagai isu yakni pemaksaan transfer teknologi dan pencurian kekayaan intelektual, hak kekayaan intelektual, sektor jasa, nilai tukar, agrikultur, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.

Sejak dimulai awal tahun lalu, perang tarif antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu telah mengganggu perdagangan internasional dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Dua sumber Reuters mengatakan, para negosiator pada pekan ini berupaya mengatasi perbedaan pada bahasa tertentu dalam MoU itu untuk memenuhi tuntutan kuat dari AS. Negeri Paman Sam menuntut adanya perubahan struktural dalam ekonomi China.

Masalah yang dirundingkan tersebut termasuk mekanisme penegakan hukum untuk memastikan bahwa China mematuhi perjanjian apa pun.

“Tidak mengherankan bahwa pembicaraan pekan ini lebih menantang,” kata seorang sumber dari sektor industri yang mengetahui pembicaraan itu. “Begitu Anda bergerak dari menyusun garis besar ke mengisi detail [dalam MoU], maka di situlah segalanya akan menjadi lebih menantang.”

Pejabat China tidak menjawab pertanyaan saat mereka meninggalkan kantor Perwakilan Dagang AS pada Kamis malam setelah lebih dari sembilan jam mengadakan perundingan. Diskusi dimulai dengan acara foto bersama di mana perwakilan dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He saling berseberangan, saling berhadapan hanya dalam diam di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower, yang terletak di sebelah Gedung Putih.

Tidak jelas apakah Liu akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump setelah pembicaraan yang dijadwalkan berakhir pada Jumat ini, seperti yang mereka lakukan selama kunjungan terakhir Liu ke Washington pada akhir Januari lalu.

Trump, yang telah mengusung kebijakan “America First” sebagai bagian dari upaya untuk menyeimbangkan kembali perdagangan global, mengatakan batas waktu 1 Maret dapat diperpanjang jika cukup banyak kemajuan dibuat.

Kedua belah pihak dikabarkan masih belum menemukan kesepakatan terkait tuntutan Trump agar China mengakhiri praktik-praktiknya pada berbagai isu yang menyebabkan Trump mulai mengenakan bea masuk pada impor China.

Presiden China Xi Jinping perlu melakukan reformasi ekonomi struktural yang sulit untuk memenuhi tuntutan AS. Sementara AS tidak menawarkan konsesi nyata sebagai imbalan, selain untuk menghapuskan tarif impor yang dikenakan Trump untuk memaksa perubahan dari China.

Menuliskan Kesepakatan
Salah satu tuntutan Trump yang lebih mudah diperbaiki bagi Beijing adalah mengurangi ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara. Defisit perdagangan AS dengan China mencapai rekor US$ 382 miliar selama 11 bulan pertama tahun 2018.

Kedua belah pihak telah mencapai konsensus tentang cara mengurangi ketidakseimbangan perdagangan, kata beberapa sumber pemerintah China.

Washington dan Beijing sedang meninjau daftar 10 item untuk itu, termasuk pembelian tambahan China untuk hasil pertanian, energi dan barang-barang AS, seperti semikonduktor.

Menteri Pertanian AS Sonny Perdue menyebut janji China untuk membeli hasil pertanian AS itu masih prematur.

“Semua proposal itu bergantung pada kesepakatan besar,” katanya di sela-sela forum tahunan Departemen Pertanian AS di Washington. “Masalah sebenarnya adalah reformasi struktural mengenai kekayaan intelektual.” Amerika Serikat dapat dengan cepat memulihkan pasar pertanian yang berkurang di China jika ada kesepakatan, katanya Perdue.

Dia juga mengungkapkan bahwa ada US$ 12 miliar bantuan dana dari federal untuk para petani AS atas kerugian akibat perang dagang dengan China. Negeri Tirai Bambu juga telah berhenti membeli semua kedelai AS, yang merupakan satu-satunya ekspor pertanian terbesar AS, bernilai sekitar US$ 12 miliar pada tahun 2017.

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Cnbcindonesia.com
Gambar : Akuratnews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *