BI Paparkan Penyebab Rupiah Melejit & Sentuh Rp 14.380/US$
Bank Indonesia (BI) buka suara mengenai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali berhasil menyentuh titik terkuatnya.
Pada Kamis (29/11/2018), US$1 berada di Rp 14.380 saat penutupan pasar spot. Rupiah menguat 1% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya dan mencapai posisi terkuat sejak 17 Juli.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah membeberkan sejumlah alasan yang membuat nilai tukar rupiah kembali menunjukkan keperkasannya terhadap greenback.
Pertama, dari pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang cukup dovish. Powell dalam pidatonya di New York hari Rabu mengungkapkan bahwa bunga acuan bank sentral AS itu telah dekat dengan level netral. Pernyataan ini berbeda dengan apa yang ia katakan Oktober lalu bahwa suku bunga masih jauh dari netral.
Ini semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa tren kenaikan bunga sudah mendekati akhir.
“Pasar memperkirakan hanya ada satu kali kenaikan di tahun 2019,” kata Nanang saat berbincang dengan CNBC Indonesia, dikutip Jumat (30/11/2018).
“Pasar juga optimistis dengan semakin terbukanya kesepakatan dagang antara AS dan China yang akan dinegosiasikan di antara kedua pimpinan AS dan China pada pertemuan G20,” jelasnya.
Hal tersebut, sambung Nanang, juga ditambah dengan sentimen positif lainnya yakni dari terus merosotnya harga minyak mentah dunia yang sudah menyentuh US$50 per barel.
“Ini dapat mengurangi tekanan pada defisit neraca perdagangan migas Indonesia ke depan,” jelasnya.
Menurut dia, penguatan rupiah menunjukkan kepercayaan investor global terhadap perekonomian Indonesia yang makin kuat karena respons kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten.
Sumber: CNBCIndonesia.com
Gambar: netralnews.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]