Tahun 2018 Menantang, BI Sebut 3 Pelajaran Penting Buat RI
Bank Indonesia (BI) menyebut 2018 sebagai periode yang menantang, tidak hanya bagi Indonesia tetap juga seluruh negara. Dari periode menantang ini, bank sentral menyebut ada pelajaran yang bisa dipetik.
“Tahun 2018 penuh tantangan, di tengah kita sedang mendorong momentum pertumbuhan terjadi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi global 2018 yang cukup tinggi mungkin akan melandai pada 2019,” sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam acara Pertemuan Tahunan BI di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Perry menyebut ada tiga tantantan besar. Pertama adalah tren kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS), kedua adalah tekanan inflasi yang meningkat, dan ketiga ketegangan perdagangan antara AS dengan sejumlah negara termasuk China.
Ketidakpastian ekonomi global, lanjut Perry, menyebabkan arus modal tersedot ke AS. Dolar AS menjadi kuat dan mata uang negara-negara lain melemah, termasuk rupiah.
Sejak awal tahun, rupiah melemah 6,7% di hadapan dolar AS. Di Asia, pelemahan rupiah adalah yang terdalam kedua setelah rupee India.
Menurut Perry, 2018 yang menantang membawa hikmah. Setidaknya ada tiga pelajaran penting yang bisa dipetik dan harus dicermati ke depan.
Pertama adalah Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi. “Inflasi rendah, rupiah stabil, defisit fiskal aman, defisit transaksi berjalan perlu kita turunkan ke tingkat yang lebih aman,” kata Perry.
Pelajaran kedua, tambah Perry, adalah daya saing dan produktivitas. Untuk meningkatkan dua hal ini, Indonesia harus melakukan industrialisasi, ekspor manufaktur didorong agar tidak mengandalkan komoditas primer.
Ketiga, demikian Perry, adalah sinergi kebijakan harus diperkuat. Dia menyebut kebijakan fiskal dan moneter bisa diarahkan untuk menjaga stabilitas, sementara deregulasi kebijakan sektor riil dapat digunakan untuk peningkatan kapasitas ekonomi nasional.
Sumber : CNBCindonesia.com
Gambar : Tempo
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]
