Brexit Tak Jelas, Ekonomi Inggris Bisa Resesi

Perekonomian Inggris dipandang bisa segera masuk ke jurang resesi. Ini terjadi apabila keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit terjadi disertai kekacauan. Beberapa indikator pun sudah terlihat. Nilai tukar mata uang poundsterling merosot tajam dan saham-saham perbankan anjlok.

Dikutip dari CNN Business, Jumat (16/11/2018), reaksi pasar yang dramatis terhadap mundurnya sejumlah menteri kunci di pemerintahan Inggris pada Kamis (15/11/2018) memicu kekhawatiran akan kondisi yang harus dibayar Inggris apabila negara itu keluar dari Uni Eropa tanpa ada kesepakatan perpisahan yang berarti.

Mundurnya para menteri itu pun dapat diartikan Perdana Menteri Inggris Theresa May cenderung tidak akan memperoleh dukungan parlemen untuk kesepakatan Brexit yang dia negosiasikan dengan Uni Eropa.

Risiko keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang disertai kekacauan pun langsung mencuat. Nilai tukar poundsterling anjlok 2 persen terhadap dollar AS ke bawah level 1,28 dollar AS sebelum sedikit menguat setelah May mengatakan bahwa dirinya akan berjuang mempertahankan kesepakatan yang telah disusunnya. Saham perbankan Inggris juga menukik tajam.

Saham Lloys dan Barclays tergerus 4 persen, sementara saham Royal Bank of Scotland ambrol hampir 10 persen.

“Ini eskalasi yang cukup serius dan pasar bereaksi sangat keras, karena risiko situasi yang lebih kacau meningkat dan sangat material,” kata John Wraith, kepala strategi di UBS.

Menurut Wraith, Inggris akan jatuh ke jurang resesi pada tahun 2019 mendatang apabila pemerintah gagal mengamankan kesepakatan dengan mitra dagang terbesarnya.

Ia memprediksi ekonomi Inggris akan lebih kecil hampir 10 persen pada tahun 2023 ketimbang apabila Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa.

Kekhawatiran yang terjadi adalah apabila Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa ada kesepakatan transisi untuk secara temporer tetap berada di pasar Uni Eropa untuk barang dan jasa, serta bea dan cukai.

Artinya, Brexit akan memunculkan hambatan perdagangan baru, gangguan pada rantai pasok makanan, obat-obatan, serta produk-produk manufaktur.

Analis memprediksi akan terjadi penurunan tajam pada keyakinan bisnis, harga properti, hingga terus melemahnya nilai tukar poundsterling. Bahkan, maskapai penerbangan pun dikhawatirkan tidak bisa beroperasi.

 

 

 

 

 

Sumber : Kompas.com
Gambar : sanook.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *