Penjualan Ritel AS di September Terlemah Dalam 7 Bulan

Penjualan ritel di Amerika Serikat (AS) naik tipis di Bulan September 2018, seiring perbaikan pembelian kendaraan bermotor mampu dikompensasi oleh penurunan yang signifikan pada pengeluaran restoran dan bar.

Departemen Perdagangan AS melaporkan hari ini bahwa penjualan ritel mencatatkan pertumbuhan 0,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada bulan lalu, tidak berubah dari capaian Bulan Agustus.

Meski demikian, pertumbuhan penjualan ritel di bulan September itu masih jauh di bawah konsensus Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,6% MtM.

Adapun secara tahunan (year-on-year/YoY), penjualan ritel Negeri Paman Sam naik 4,7% di bulan lalu, melambat cukup drastis dari 6,6% di Agustus. Malahan, jika ditarik secara historis, perubahan tahunan di bulan September itu merupakan yang terlambat dalam 7 bulan terakhir, atau sejak Februari 2018.

Pada bulan lalu, penjualan otomotif mampu melompat 0,8% MtM, setelah turun 0,5% di Agustus.

Kemudian, penjualan di toko pakaian juga naik 0,5% MtM di September, pasca terkontraksi 2,8% di bulan sebelumnya. Pemesanan barang melalui online atau surat melambung 1,1% MtM di September, melaju lebih kencang dari kenaikan 0,5% di Agustus.

Data positif lainnya datang dari penjualan bahan bangunan, furnitur, dan instrumen musik/buku yang tumbuh masing-masing 0,1%, 1,1%, dan 0,7% secara MtM pada bulan lalu.

Di sisi lain, warga AS ternyata memangkas pengeluaran di restoran dan bar, di mana penjualannya terkonstraksi hingga 1,8% MtM di September. Penurunan itu menjadi yang terbesar sejak Desember 2016. Akibatnya, pertumbuhan ritel AS di bulan lalu jadi terbatas secara keseluruhan.

Sementara itu, penjualan ritel inti (mengeluarkan komponen otomotif, bahan bakar minyak (BBM), bahan bangunan, dan jasa makanan) mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,5% MtM di September. Mampu lebih baik dari penjualan ritel inti yang flat pada bulan Agustus.

Sebagai informasi, data penjualan ritel inti berkaitan erat dengan komponen pengeluaran konsumen di Produk Domestik Bruto (PDB). Komponen ini menyumbang nyaris 70% bagi pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya.

Konsumsi yang kuat tersebut nampaknya masih disokong oleh masih solidnya pasar tenaga kerja AS, di mana kini tingkat pengangguran berada di level 3,7% atau level terendahnya nyaris dalam 49 tahun terakhir. Kondisi pasar tenaga kerja yang full employment cenderung akan mendorong kenaikan upah secara gradual.

Penjualan ritel inti AS yang moncer di bulan September lantas mengindikasikan bahwa pengeluaran konsumen masih akan menopang perekonomian AS, di tengah ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pasalnya, ada risiko bernama neraca perdagangan yang melebar, serta pelemahan pasar perumahan.

Meski demikian, akibat data pertumbuhan penjualan ritel yang melambat cukup signifikan, muncul sinyal bahwa laju permintaan di AS ternyata belum terlalu kencang, masih ada potensi perlambatan. Artinya, ada kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tidak secepat yang diharapkan.

Oleh karena itu, muncul persepsi The Federal/The Federal Reserve tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga (walau kemungkinannya amat sangat kecil). Laju greenback pun agak melambat tidak lama pasca data penjualan ritel diumumkan.

Pada pukul 19.25 WIB (sebelum data diumumkan di pukul 19.30 WIB), Dollar Index yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia tercatat terkoreksi 0,14%. Setelah data diumumkan, tepatnya pukul 20.00 WIB, indeks ini kemudian melemah lebih dalam sebesar minus 0,28%. Akan tetapi, karena secara fundamental, penjualan ritel inti masih tumbuh cukup solid, pelemahan dolar AS ini kemungkinan tidak akan berkelanjutan.

 

 

 

 

Sumber : CNBC Indonesia
Gambar : kabarbisnis.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *