IMF Ingatkan Negara Emerging untuk Berhati-hati
International Monetary Fund Commitee (IMFC) mengeluarkan pernyataan dan peringatan agar negara-negara emerging lebih berhati-hati mengelola kebijakan fiskal maupun moneternya.
Sebab, dalam jangka waktu menengah, tekanan eksternal masih terus terjadi.
Pembahasan mengenai ekonomi global pun tak luput dari kacamata IMF, mereka mengeluarkan laporan World Economic Outlook (WEO) tentang stabilitas finansial dunia, laporan keuangan, serta komunike Komite IMF yang merangkum seluruh pembahasan versi IMF.
Komunike yang dikeluarkan Komite IMF menegaskan kemunculan ketidakpastian global yang semakin nyata. Dengan demikian, peluang-peluang pertumbuhan lebih lanjut menjadi semakin sempit.
Ketidakpastian itu timbul terutama dari tensi dagang yang dinilai dalam waktu dekat belum menunjukkan adanya perubahan. Lalu, likuiditas dolar AS akan terus mengetat terutama di negara-negara emerging dan harga komoditas, dalam hal ini minyak, terus meningkat.
Komunike tersebut menyarankan agar negara-negara, terutama negara emerging, untuk memajukan kebijakan dan reformasi untuk melindungi ekspansi serta mengurangi risiko.
Ketua IMFC sekaligus Gubernur Bank Sentral Afrika Selatan Lesetya Kganyago menjelaskan saat ini perekonomian global masih dapat bertumbuh walaupun menghadapi berbagai ancaman. Namun, dia pun mengakui adanya gejala penurunan akibat berbagai ancaman yang muncul.
Risiko yang cukup tinggi dinilai muncul di negara-negara emerging terutama akibat dari likuiditas yang mengetat dan tensi dagang yang belum akan berakhir.
“Kebijakan fiskal harus membangun kembali buffer [bantalan], jika diperlukan; fleksibel dan ramah pertumbuhan; hindari prosiklikalitas (interaksi antara sistem keuangan dan ekonomi riil yang saling menguatkan); dan meningkatkan kualitas infrastruktur dan keterampilan tenaga kerja, sambil memastikan bahwa utang publik berada di jalur yang berkelanjutan,” ujarnya dalam rangkaian Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018, akhir pekan lalu.
Bank sentral, lanjut Kganyago, juga harus menjalankan mandatnya dan sadar akan risiko stabilitas keuangan, serta harus mempertahankan akomodasi moneter di mana inflasi berada di bawah target.
Selain itu, komunike juga menekankan kepada upaya agar negara-negara bersatu dalam menghadapi ketidakseimbangan global.
Dia menuturkan saat ini IMF bersepakat untuk bersatu dalam menyelesaikan berbagai tantangan perekonomian mendatang. Menurut Kganyago, kerja sama internasional yang berorientasi kepada kebaikan bersama dapat mengatasi tantangan global.
Terkait perang dagang, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyuarakan rasa optimisnya. Pasalnya, dia melihat ada gelagat AS mulai menemukan kesepakatan baru dengan berbagai mitra dagangnya.
Sri Mulyani mencontohkan AS telah mencapai kesepakatan dengan Meksiko, Kanada, Eropa, bahkan membuka diskusi dengan Korea Utara. Hal ini menunjukkan tensi tinggi dari AS pun akhirnya menemukan titik tengah yang dapat disepakati bersama baik oleh AS maupun mitra dagangnya.
“Saya melihat cukup optimistis, bukan tidak mungkin China akan kembali ke jalur negosiasi dan bernegosiasi dengan AS guna menemukan titik terang,” ucapnya.
Sumber : bisnis.com
Gambar : Detik Finance
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]