Bank Tahan Kenaikan Suku Bunga Kredit
Kenaikan suku bunga Bank Indonesia atau BI 7-day Reverse Repo Rate dalam jangka pendek ikut memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .
Sektor keuangan, khususnya perbankan menjadi sorotan pelaku pasar. Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan naiknya BI Rate akan meningkatkan biaya dana (cost of fund). “Sederhananya akan memangkas margin (perbankan),” kata dia di Jakarta, Selasa 23 Juli 2018.
Meski demikian, Alfred menilai, beban cost of fund yang berpotensi naik tidak akan terlalu menekan pendapatan emiten perbankan. Ia beralasan secara fundamental kondisi ekonomi dan pasar modal Indonesia masih kuat.
Hal itu bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang masih di level lima persen. “Artinya, kondisi bisnis di Indonesia masih memberikan ruang pertumbuhan,” ucapnya.
Bank Indonesia sudah tiga kali menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan pertama sebesar 25 basis poin dilakukan pada 17 Mei 2018 menjadi 4,5 persen. Berikutnya pada 30 Mei, BI menaikkan 25 basis poin lagi menjadi 4,75 persen.
Sebulan kemudian, BI Rate bertambah menjadi 5,25 persen. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meminta kepada perbankan agar kenaikan suku bunga acuan tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga kredit.
Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunadi menuturkan perusahaan sudah melakukan kenaikan suku bunga deposito merespons perubahan BI Rate.
Sedangkan untuk suku bunga kredit lainnya perusahaan masih akan melihat perkembangan pasar lagi. “Saat ini belum mendesak naikkan suku bunga (kredit),” kata Hery.
Selain itu, Bank Mandiri melihat kondisi pasar saat ini masih kondusif kendati terjadi gejolak perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina.
Mandiri, lanjut Hery, akan melihat perkembangan pasar, khususnya mengenai keputusan Bank Sentral Amerika nanti. “Kami melihat kebijakan BI tidak hanya jaga stabilitas tapi juga menjaga pertumbuhan (ekonomi),” ucapnya.
Meski demikian, lanjut Hery, Mandiri akan berupaya menjaga non performing loan (kredit bermasalah).
NPL Mandiri pada semester I 2018 membaik menjadi 3,13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di posisi 3,86 persen. “Kami akan awasi lebih ketat lagi calon debitur,” kata dia.
Tak beda dengan Mandiri, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyatakan belum akan menaikkan suku bunga. Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan perusahaan akan melihat perkembangan pasar untuk menentukan apakah suku bunga kredit akan naik atau tidak.
“Kalau pesaing belum naik, ya kami tunggu,” ucapnya. Sedangkan untuk kenaikan suku bunga deposito, lanjut Baiquni, BNI menyatakan sudah terjadi perubahan di kisaran 20-30 basis poin.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai kenaikan suku bunga BI belum akan berdampak besar kepada emiten perbankan.
Ihwal kenaikan suku bunga deposito, Nafan menyatakan, langkah itu tidak lain sebagai upaya perbankan untuk meningkatkan dana pihak ketiga.
Lebih lanjut, kendati bank sentral sudah mengerek suku bunga Nafan menyatakan saham-saham perbankan masih menarik untuk diamati.
Pasalnya, kinerja emiten perbankan masih positif hingga semester I 2018. “Tujuan BI naikkan suku bunga kan untuk jaga rupiah,” kata dia.
Sumber Berita : tempo.co
Sumber foto : Okezone Ekonomi
[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]