Pemangkasan Produksi OPEC Topang Harga Minyak Dunia

Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Senin (7/1), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan ditopang oleh implementasi pemangkasan produksi yang dilakukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan stabilitas pasar modal.

Dilansir dari Reuters, Selasa (8/1), harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$0,27 atau 0,47 persen menjadi US$57,33 per barel.Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,56 atau 1,17 persen menjadi US$48,42 per barel.

Sebagai catatan, harga minyak mentah berjangka telah terdongkrak lebih dari 7 persen sejak Senin pekan lalu.

“Momentum telah kembali ke pasar dari level harga yang sangat tertekan,” ujar Analis Petromatrix Olivier Jakob yang dikutip Reuters.

Harga minyak mendapatkan sokongan dari laporan Wall Street Journal yang menyatakan Arab Saudi berencana untuk memangkas ekspor minyak mentah sekitar 7,1 juta barel per hari hingga akhir Januari.

Seperti diberitakan sebelumnya, OPEC dan sekutunya tengah berupaya untuk menahan melonjaknya pasokan global yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan produksi minyak AS. Tahun lalu, produksi minyak AS melampaui 11 juta bph. Produksi yang tinggi itu telah mendongkrak jumlah persediaan minyak AS.

Pada Desember lalu, survey Reuters pada pekan lalu menunjukkan pasokan OPEC turun sebesar 460 ribu bph menjadi 32,68 juta bph. Penurunan itu utamanya dipicu oleh pemangkasan yang dilakukan oleh Arab Saudi yang merupakan salah satu eksportir minyak utama dunia.

“Kami terus berpandangan pemangkasan produksi OPEC yang mulai berlaku pada pekan lalu sebagai pertimbangan sah yang bersifat mendongkrak harga (bullish) dan kami masih menunggu pemangkasan tersebut dapat diartikan berkurangnya surplus minyak mentah AS yang berpotensi dapat dihilangkan dalam 8-9 pekan,” ujar Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.

Mengutip data Genscape, para trader menyatakan stok minyak mentah AS di hub pengiriman minyak mentah Cushg, Oklahoma turun sebesar 560 ribu barel sepanjang Selasa hingga Jumat pekan lalu.

Selain itu, menanjaknya kinerja pasar modal juga berimbas positif pada harga minyak. “Saat pasar modal kuat, minyak biasanya juga mengikuti,” ujar Analis PVM Oil Associates Tamas Varga.

Kinerja pasar saham menanjak akibat ekspektasi bakal terjadinya pembicaraan perdagangan antara AS dan China pekan ini yang akan meredakan perang dagang. Gangguan perdagangan selama ini telah menekan prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Dalam catatannya, Goldman Sachs menyatakan telah menurunkan proyeksi rata-rata harga minyak mentah Brent untuk 2019 dari US$70 menjadi US$62,5 per barel. Pasalnya, kondisi makro tengah menghadapi pukulan terkuat sejak 2015.

Societe Generale juga memangkas proyeksi harga minyak Brent untuk 2019 sebesar US$9 per barel menjadi US$64 per barel. Selain itu, proyeksi harga minyak mentah ringan AS juga dipangkas sebesar US$9 menjadi US$57 per barel.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : metrotvnews.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *