Bank Sentral Eropa Akan Kerek Suku Bunga Imbas Inflasi 9,1 Persen
Inflasi Eropa tembus 9,1 persen pada Agustus 2022, tertinggi sepanjang sejarah, membuat Bank Sentral Eropa (ECB) berencana menaikkan suku bunga acuannya.
Lonjakan inflasi ini didorong oleh kenaikan harga energi akibat perang Rusia-Ukraina, pangan hingga barang dan jasa.
Mengutip AFP, Rabu (31/8), harga energi naik 38,3 persen pada Agustus, sedikit lebih rendah dibandingkan lonjakan pada Juli yang mencapai 39,6 persen.
Harga makanan termasuk alkohol dan tembakau meningkat 10,6 persen dari sebelumnya 9,8 persen pada Juli.
Barang dan jasa industri masing-masing meningkat 5 persen dan 3,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Presiden Bank Sentral Federal Jerman Joachim Nagel mengatakan ECB harus merencanakan kenaikan suku bunga yang kuat untuk September.
“Jika tidak, ekspektasi inflasi bisa berakar secara permanen di atas target kami sebesar dua persen,” ujarnya.
ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 8 September mendatang.
Ekonom Capital Economics Jack Allen Reynolds mengingatkan tingkat inflasi zona Euro bisa tembus 10 persen pada akhir 2022, meski ECB menaikkan suku bunga acuannya.
“Keseimbangan probabilitas bergeser menuju kenaikan 75 basis poin minggu depan,” katanya.
Sebelumnya, ECB telah menaikkan suku bunga acuan setengah poin persentase atau 50 basis poin untuk mengatasi lonjakan inflasi yang melanda kawasan tersebut.
Langkah yang berlaku mulai 27 Juli itu merupakan yang pertama kalinya sejak 2011.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan inflasi tinggi akan menjadi perhatian lembaganya supaya tidak menimbulkan risiko.
Selain menaikkan suku bunga acuan, demi menjaga ekonomi di Eropa, ECB juga meluncurkan paket pembelian obligasi baru.
Paket itu diluncurkan untuk untuk membatasi biaya pinjaman di negara-negara dengan utang tinggi di zona euro, seperti Italia dan Yunani.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Medcom.id