Yellen Ingin Bunga Acuan The Fed Naik, Bagaimana Nasib Emas?
Ada yang harus diwaspadai oleh para investor emas. Memang belakangan ini harga emas naik dan membentuk pola harga yang baru. Namun dari aspek teknis dan fundamental masih ada peluang harga emas merosot.
Harga emas dunia sudah tak terjebak lagi di bawah US$ 1.750/troy ons sejak minggu ketiga April dimulai. Harga emas naik dan semakin mepet ke level psikologis sekaligus resisten kuatnya di US$ 1.800/troy ons.
Seperti pada perdagangan pagi waktu Asia hari ini, Kamis (6/5/2021), harga emas di arena pasar spot menguat 0,13% ke US$ 1.788,71/troy ons. Di awal minggu ini harga emas sempat terbang ke atas US$ 1.790/troy ons. Namun setelah itu terkoreksi dan mencoba bangkit lagi.
Hanya saja dilihat dari aspek teknikal, selagi harga emas masih di bawah US$ 1.800/troy ons maka sulit rasanya untuk mengalami reli panjang. Selain menjadi level resisten kuat, harga US$ 1.800 juga menjadi rata-rata pergerakan harga dalam 100 hari terakhir.
Artinya saat ini rata-rata pergerakan harga emas 50 harian masih berada di bawah rata-rata pergerakan harga emas jangka panjangnya yaitu di periode 100 harian dan 200 harian atau lebih sering dikenal dengan MA100 dan MA200.
Jika harga emas tembus rata-rata harga 100 hariannya maka ada peluang emas melanjutkan relinya. Selagi level psikologis tersebut belum tertembus, emas belum bisa dikatakan aman.
Di sisi lain kemarin Menteri Keuangan AS yang juga mantan bos bank sentral AS The Fed mulai mengungkit tentang kenaikan suku bunga acuan.
“Mungkin suku bunga harus naik untuk memastikan bahwa ekonomi kita tidak overheating,” kata Yellen dalam percakapan yang direkam sebelumnya dengan The Atlantic, dikutip CNBC Internasional.
Pernyataan Yellen tersebut memicu ekspektasi The Fed menaikkan suku bunga menjadi lebih tinggi walaupun masih tetap rendah.
Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5% pada akhir tahun ini adalah 11%. Lebih tinggi dari posisi seminggu lalu yaitu 9,8% dan sebulan sebelumnya yakni 8,5%.
Kenaikan suku bunga acuan yang membuat hasrat mengoleksi US Treasury Bonds/Bills meningkat tentu diiringi dengan kenaikan permintaan dolar AS. Dua aset tersebut adalah musuh terbesar emas.
Jika US Treasury meningkat maka hal tersebut akan menaikkan biaya peluang emas yang tak memberikan imbal hasil apapun. Artinya memegang emas bukan menjadi opsi yang menarik. Kenaikan dolar AS juga akan semakin menekan emas.
Walau ada isyarat untuk menaikkan suku bunga, tetapi jika melihat ke laporan kebijakan moneter The Fed, komite pengambil kebijakan sepertinya tak ingin terburu-buru untuk mengencangkan ikat pinggang.
Memang inflasi sudah mulai terlihat naik. Bahkan angka personal consumption expenditure (PCE) bulan Maret sudah tembus ke atas 2%.
Namun jika dilihat dari angka pengangguran yang tercermin dari tingkat pengangguran dan data klaim tunjangan pengangguran yang masih lebih tinggi dibanding sebelum pandemi, maka kebijakan The Fed untuk menahan suku bunga rendah lebih lama masuk akal.
Untuk sementara waktu harga emas kemungkinan masih akan terkonsolidasi di rentang level sekarang. Di saat yang sama investor juga akan cenderung wait and see sambil melihat perkembangan selanjutnya.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Dunia Tambang