Jelang Imlek Besok, kok Harga Emas Malah Balik Arah ya?
Harga emas melemah pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (11/2/2021). Sebelumnya harga logam kuning ini terus menguat dalam empat hari perdagangan terakhir.
Menjelang perayaan tahun baru Imlek, harga emas malah balik arah. Di arena pasar spot harga emas dibanderol di US$ 1.838,56/troy ons atau melemah 0,21% dibanding posisi penutupan kemarin.
Pekan lalu harga emas sempat drop ke bawah US$ 1.800/troy ons karena pelaku pasar mulai mengkhawatirkan potensi terjadinya fenomena teknikal death cross. Secara sederhana fenomena ini ditandai dengan penurunan rata-rata harga 50 harian ke bawah rata-rata harga 200 harian.
Death cross akan cenderung memicu terjadinya aksi jual besar-besaran di pasar sehingga menekan harga. Namun harga emas rupanya langsung bangkit. Pemicunya adalah dolar AS yang giliran melemah.
Penurunan harga emas dibayangi oleh tren penguatan greenback sejak Januari. Kini dolar AS kembali berbalik arah sehingga emas punya ruang untuk naik lagi. Pergerakan dolar AS dan emas cenderung berlawanan arah.
Di tengah membludaknya likuiditas akibat kebijakan suku bunga rendah dan program pembelian aset oleh bank sentral AS The Fed, emas sempat mencetak rekor harga tertinggi sepanjang sejarah.
Alasannya sederhana, berbeda dengan uang fiat yang bisa dicetak kapanpun dan berapapun jumlahnya, pasokan emas cenderung stabil. Ketika pasokan uang beredar membludak sementara pasokan barang tetap atau bahkan menurun maka akan terjadi inflasi.
Pelaku pasar dan investor mengantisipasi inflasi tinggi dari kebijakan ultra longgar The Fed tersebut dan beralih ke emas sebagai aset untuk lindung nilai (hedging). Ini yang membuat harga emas naik fantastis tahun 2020 terutama di bulan Agustus.
Sayangnya setelah itu harga emas anjlok. Berita baik tentang vaksin Covid-19 membuat optimisme pasar naik. Emas yang tak memberikan imbal hasil apapun ditinggalkan. Para pelaku pasar mulai agresif memburu cuan tebal dari saham-saham teknologi AS dan mata uang digital (cryptocurrency).
Level US$ 1.850/troy ons masih menjadi level resisten kuat bagi emas, sehingga sulit untuk tembus ke level tersebut. Harga emas yang sudah naik beruntun dalam empat hari terakhir memang rawan kena aksi ambil untung.
Akibat daya beli masyarakat yang lemah, permintaan fisik emas untuk perhiasan pun ikut turun. Kalangan masyarakat menengah ke atas juga cenderung mengerem belanjanya dan memilih untuk menabung.
Selama ini kenaikan harga emas terjadi karena permintaan untuk investasi yang kuat. Namun meski kebijakan makro saat ini masih sangat longgar, emas cenderung kurang dilirik.
Pamor emas kalah dengan aset keuangan lain yaitu cryptocurrencyi seperti Bitcoin dan Dogecoin yang bahkan sampai di-endorse oleh bos Tesla Inc Elon Musk. Harga kedua mata uang digital ini meroket tajam dan sebagian orang menilai fenomena bubble sedang terjadi.
Di sisi lain harga saham-saham di AS yang terus mencetak rekor terbarunya (all time high) juga menunjukkan fenomena bubble. Fenomena ini dikhawatirkan bakal membuat pasar keuangan goyang meskipun belum berarti akan terjadi dalam waktu dekat.
Jika pasar benar-benar goyang emas bisa saja diuntungkan. Namun bisa juga dirugikan karena orang-orang lebih memilih uang kas daripada aset tertentu untuk digenggam.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com