Arab Saudi Siap Pangkas Produksi, Harga Minyak Rekor
Kabar gembira datang dari salah satu anggota organisasi negara eksportir minyak dan aliansinya yang disebut OPEC+ sehingga harga minyak ditutup mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan kemarin.
Harga kontrak futures minyak mentah Brent naik US$ 2,51/barel atau hampir 5% dan ditutup di US$ 53,6/barel. Di saat yang sama harga kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga naik US$ 2,31/barel ke US$ 49,93/barel.
Pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (6/1/2021) harga si emas hitam masih melanjutkan kenaikannya. Brent naik 0,24% menjadi US$ 53,73/barel dan WTI terapresiasi tipis 0,08% ke US$ 49,7/barel.
Setelah terjadi silang pendapat antara Arab Saudi dan Rusia soal produksi minyak bulan Februari dan Maret, akhirnya Arab memilih untuk mengalah dan memangkas produksinya sebesar 1 juta barel per hari (bph) secara sukarela.
Sebelumnya Arab Saudi memang tidak merekomendasikan untuk menambah pasokan minyak ke pasar setelah output dinaikkan 500 ribu bph mulai Januari ini mengingat permintaan minyak yang masih tertekan akibat penerapan lockdown.
Berbeda dengan Arab, Rusia menilai bahwa harga minyak yang stabil di US$ 45 – 55 per barel menjadi peluang untuk menggenjot produksi. Rusia mendukung gagasan untuk menaikkan lagi produksi minyak OPEC+ sebesar 500 ribu bph pada Februari.
Kabar Arab yang memilih memangkas produksi secara sukarela disambut baik oleh pasar dan mengangkat harga minyak. Sentimen lain yang juga ikut mengerek harga minyak adalah kabar Iran yang menyita kapal tanker Korea Selatan.
Iran membantah telah menggunakan kapal Korea Selatan dan awaknya sebagai sandera dan mendesak Seoul untuk melepaskan dana US$ 7 miliar yang dibekukan di bawah sanksi AS.
Penyitaan MT Hankuk Chemi dan 20 awaknya di dekat Selat Hormuz yang strategis telah dilihat sebagai upaya Teheran untuk menegaskan tuntutannya, hanya dua minggu sebelum Presiden terpilih Joe Biden menjabat di Amerika Serikat.
Iran ingin Biden mencabut sanksi yang dijatuhkan oleh Presiden Donald Trump. Pengkritik Teheran telah lama menuduhnya menangkap kapal dan orang asing sebagai metode untuk mendapatkan pengaruh dalam negosiasi.
Korea Selatan memanggil duta besar Iran, menyerukan agar kapal itu dibebaskan dan mengatakan akan mengirim delegasi ke Iran untuk membahasnya. Iran berdalih dan mengatakan kapal itu ditahan karena pelanggaran lingkungan.
Beralih ke AS, persediaan minyak mentah AS turun 1,7 juta barel dalam sepekan hingga 1 Januari menjadi sekitar 491,3 juta barel, sementara persediaan bensin dan distilasi naik mengacu pada data dari asosiasi industri American Petroleum Institute (API).
Kini pelaku pasar menanti rilis data resmi dari pemerintah yang akan diumumkan oleh EIA malam ini. Ada kemungkinan data yang dirilis API dan EIA berbeda.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com