Pupus Dulang Cuan dari Emas, Harga Sulit Tembus US$ 1.900
Harga emas sempat reli belakangan ini menyusul kesepakatan kongres AS untuk menggelontorkan stimulus fiskal jilid keduanya. Namun kenaikan dolar AS menjadi pukulan bagi harga emas sehingga belum sempat merasakan level penutupan di US$ 1.900, logam kuning tersebut harus terbanting lagi.
Indeks dolar yang menjadi tolok ukur kekuatan greenback mulai bangkit sejak 18 Desember dari posisi terendahnya di 2,5 tahun terakhir. Emas dan dolar AS memiliki korelasi negatif kuat. Artinya ketika greenback menguat harga emas cenderung tertekan.
Pada perdagangan pagi hari ini Rabu (23/12/2020), harga emas dunia di arena pasar spot mengalami kenaikan 0,33% dari posisi penutupan kemarin. Pada 08.45 WIB harga emas dibanderol di US$ 1.865,71/troy ons. Namun dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga emas cenderung terkoreksi.
Pasar keuangan memang sedang goyang beberapa waktu terakhir. Meski ada berita positif terkait stimulus fiskal dari AS, tetapi nilainya dirasa masih terlalu kecil sehingga dampaknya ke perekonomian menjadi tidak signifikan.
Apalagi pasar mulai mencemaskan adanya varian baru virus Corona yang ditemukan di Inggris. Varian tersebut diberi nama B.1.1.7 dan dikaitkan dengan lonjakan kasus yang sangat signifikan di Inggris. Perdana Menteri Borish Johnson bahkan sampai harus mengetatkan lockdown.
Rumor yang beredar varian baru virus tersebut 70% lebih menular dari yang ditemukan di awal. Namun penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari studi genomik Inggris masih belum dapat mengambil kesimpulan komprehensif terhadap karakteristik mutan tersebut.
Bahkan STAT News melaporkan bahwa varian baru virus Corona itu juga ditemukan di luar Inggris. Beberapa negara yang teridentifikasi ada varian baru tersebut adalah Belanda, Denmark, Italia, Islandia dan Australia.
Apabila varian baru tersebut terbukti lebih menular dan ditemukan di banyak negara sehingga memicu terjadinya lonjakan kasus besar, maka bisa jadi lockdown akan semakin diperketat dan prospek perekonomian ke depan semakin tak cerah.
Dalam jangka pendek ini akan membuat pasar benar-benar goyang jika skala lockdown akan masif. Orang-orang yang sebelumnya menyimpan asetnya dalam berbagai bentuk akan beralih ke uang tunai atau kas. Emas bisa jadi salah satu aset yang dilego.
Namun untuk jangka panjang risiko tersebut hanya akan berdampak positif bagi emas. Akan ada inflow uang ke emas sehingga bisa mendongkrak harganya.
Lagipula saat ini dengan kebijakan suku bunga mendekati kisaran nol persen di banyak negara maju, injeksi likuiditas besar-besaran yang membuat neraca bank sentral mengalami ekspansi luar biasa dan imbal hasil riil obligasi pemerintah AS yang berada di zona negatif adalah lingkungan sempurna untuk emas naik.
Namun popularitas emas kini mulai tersaingi dengan adanya bitcoin. Pelaku pasar mulai melirik bitcoin sebagai salah satu alternatif aset. Apabila lebih banyak inflow uang ke bitcoin daripada ke emas maka kenaikan emas bisa terbatas.
Kendati sifatnya masih untuk spekulasi, tetapi pelaku pasar sudah mulai memperhitungkan keberadaan bitcoin ini.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bizlaw.id