Harga Minyak Variasi Tanggapi Uji Coba Pertama Vaksin Corona
Harga minyak mentah dunia bergerak variasi pada akhir perdagangan Selasa (8/12), waktu Amerika Serikat (AS). Harga minyak terpengaruh kebijakan penguncian wilayah (lockdown) jelang perayaan Natal 2020 di tengah uji coba vaksin corona atau covid-19 di Inggris.
Melansir Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 5 sen menjadi US$48,84 per barel di London ICE Futures Exchange. Sebaliknya, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 16 sen menjadi US$45,6 per barel di New York Mercantile Exchange.
“Ada bolak-balik antara kekhawatiran tentang penguncian selama beberapa minggu ke depan dan ekspektasi untuk vaksin datang lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun, yang memberi kami dukungan,” ungkap Analis Senior di Price Futures Group Phil Flynn.
Menurut Flynn, harga minyak sempat terangkat kabar uji coba vaksin corona pertama di dunia yang dilakukan di Inggris. Namun, investor tetap mempertimbangkan proyeksi lemahnya permintaan komoditas di tengah pandemi yang belum usai.
Selain itu, ada kekhawatiran peningkatan kasus positif baru yang membuat kebijakan lockdown dijalankan lagi di beberapa negara, seperti AS di negara bagian California, Jerman, hingga Korea Selatan. Di sisi lain, investor merespons parlemen AS yang berusaha menyetujui stimulus baru yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan.
Sementara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) ditambah Rusia atau OPEC+ akan kembali mengadakan pertemuan pada 4 Januari 2021. Pertemuan itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan meningkatkan produksi sekitar 500 ribu barel per hari mulai awal tahun.
Di sisi lain, Badan Informasi Energi AS memperkirakan produksi minyak mentah AS turun 910 ribu barel per hari menjadi 11,34 juta barel per hari pada 2020. Proyeksinya lebih tinggi dari sebelumnya sebanyak 860 ribu barel per hari.
American Petroleum Institute (API) mencatat persediaan minyak AS naik 1,14 juta barel. Jumlahnya berbanding terbalik dari tebakan para analis yang memperkirakan justru turun 1,4 juta barel.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia