Harga Minyak Tertekan Potensi Kenaikan Produksi Libya
Harga minyak mentah global tergelincir hampir 2 persen pada penutupan perdagangan Jumat (23/10). Pasalnya, pelaku pasar mengantisipasi lonjakan pasokan minyak mentah dari Libya.
Mengutip Antara, Senin (26/10), minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun 79 sen atau 1,9 persen menjadi US$39,85 per barel. Sedangkan, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember turun 69 sen atau 1,6 persen ke posisi US$41,77 per barel.
Selama sepekan, minyak mentah berjangka AS berkurang 2,5 persen dan kontrak berjangka Brent merosot 2,7 persen.
Harga minyak mentah jatuh setelah National Oil Corp (NOC) Libya mengatakan telah mencabut kondisi kahar (force majeure) pada ekspor dari pelabuhan utama. Otoritas juga menyatakan produksi minyak Libya akan mencapai 1 juta barel per hari (bph) dalam 4 minggu.
“Segera setelah pengumuman itu keluar, pasar menjadi kecewa,” kata Direktur Energi Berjangka di Mizuho, New York Bob Yawger.
Pasokan Libya ini menambah ketersediaan minyak mentah di pasar. OPEC+, yang mencakup Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), menyatakan akan meningkatkan produksi sebesar 2 juta bph pada Januari 2021.
Sementara itu, perusahaan energi AS menambah 5 rig minyak untuk meningkatkan jumlah rig menjadi 287 rig dalam sepekan. Tambahan itu merupakan yang tertinggi sejak Mei.
Selain itu, turunnya harga minyak dipengaruhi kekhawatiran permintaan akibat bertambahnya kasus virus corona di AS dan Eropa. Untuk diketahui, Italia dan beberapa negara bagian AS melaporkan rekor peningkatan infeksi covid-19 setiap hari.
Sementara itu, Prancis memutuskan memperpanjang jam malam bagi sekitar dua pertiga dari populasi warga karena gelombang kedua pandemi covid-19 melanda seluruh Eropa.
“Apa yang menahan kami adalah ketidakpastian tentang permintaan, kekhawatiran tentang lebih banyak penutupan,” kata Analis Senior di Price Futures Group, Chicago Phil Flynn.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia