Dolar AS “Dihajar” Terus, Reli Rupiah Bisa 5 Hari Nih

Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (27/7/2020), setelah pada pekan lalu membukukan penguatan 0,55%. Meski penguatan pekan lalu tidak banyak, tetapi rupiah mampu membukukan penguatan 4 hari beruntun. Dolar AS yang masih terus “dihajar” oleh euro menjadi kesempatan bagi rupiah untuk kembali ke zona hijau.

Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,28% ke Rp 14.500/US$ saat pembukaan perdagangan. Penguatan sempat terakselerasi hingga 0,62% ke Rp 14.450/US$, yang menjadi level terkuat intraday.

Setelahnya penguatan rupiah terpangkas, pada pukul 12:00 WIB berada di level Rp 14.510/US$, menguat 0,21% di pasar spot.

Dolar AS saat ini sedang “dihajar” oleh euro, sebabnya perekonomian Eropa diramal akan pulih lebih cepat ketimbang AS dari kemerosotan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Kala euro menguat tajam, maka indeks dolar AS akan terus merosot, mengingat mata uang 19 negara tersebut berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar AS. Pagi ini, indeks dolar AS kembali turun ke 94,117 yang merupakan level terendah sejak September 2018.

Indeks tersebut merupakan tolak ukur kekuatan dolar AS, sehingga ketika merosot akan menjadi kesempatan bagi rupiah untuk menguat.

Sementara itu dari AS, Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan Amerika Serikat (AS) kembali meluncurkan paket stimulus untuk bisnis dan warganya yang terdampak pandemi virus corona (COVID-19).

Dalam wawancara di program “State of the Union” CNN pada Minggu (26/7/2020), Kudlow mengatakan Partai Republik telah menyelesaikan RUU stimulus baru yang bernilai sekitar US$ 1 triliun (Rp 14.000 triliun). Mereka akan mengumumkannya pada Senin, 7 Juli 2020.

Gelontoron stimulus tersebut tentunya bisa menambah sentimen positif di pasar finansial global. Selain itu, data dari Jepang yang menunjukkan pemulihan ekonomi, begitu juga dari China memberikan dampak positif ke pasar. Di Jepang, belanja modal perusahaan pada kuartal I-2020 naik 0,1% year-on-year (YoY) setelah pada kuartal sebelumnya anjlok 3,5%.

Sementara di China, keuntungan perusahaan industri manufaktur pada Juni memang turun 12,8% year-to-date (YtD). Namun sudah lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang ambles 19,3%. Artinya, ada penambahan keuntungan perusahaan di bulan Juni, yang menunjukkan roda bisnis kembali berputar.

Faktor-faktor tersebut membuat rupiah kini menuju penguatan 5 hari beruntun.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : iNews

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *