BI: Neraca Perdagangan RI Bakal Surplus Signifikan di Mei 2020
Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus signifikan pada Mei 2020. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya impor akibat perlambatan ekonomi domestik pada masa wabah Covid-19.
“Surplus tersebut diperkirakan akan berlanjut pada bulan bulan berikutnya sejalan dengan kenaikan harga komoditas andalan Indonesia terutama CPO,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada Tempo, Ahad, 14 Juni 2020.
Belakangan, kata dia, harga komoditas andalan Tanah Air menunjukkan adanya peningkatan dalam beberapa pekan terakhir seiring dengan naiknya kembali harga minyak dunia. Dengan neraca perdagangan yang surplus tersebut, bank sentral memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini akan di bawah perkiraan.
“Sebagaimana disampaikan pada hasil RDG Mei lalu, Bank Indonesia memprakirakan defisit transaksi berjalan 2020 akan menurun menjadi di bawah 2 persen PDB, dari prakiraan sebelumnya 2,5-3 persen PDB,” ujar Nanang.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Senin, 15 Juni 2020, akan mengumumkan perkembangan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020. Bulan lalu, BPS melaporkan neraca perdagangan April 2020 mengalami defisit US$ 350 juta.
Kondisi defisit tipis tersebut dipicu oleh posisi impor yang lebih besar dari ekspor pada April. Untuk nilai ekspor April 2020, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan angkanya mencapai US$ 12,19 miliar atau turun persen dari bulan sebelumnya sebesar US$14,07 atau turun 13,33 persen.
Hal ini disebabkan oleh penurunan ekspor migas dan nonmigas masing-masing 6,55 persen dan 13,66 persen. “April ini tidak ada ekspor minyak mentah,” ujar Suhariyanto. Secara tahunan, ekspor bulan April lebih rendah dibandingkan April 2019 dan 2018 yang mencapai US$ 13,11 miliar dan US$ 14,5 miliar.
Sementara itu, nilai impor pada April 2020 mencapai US$ 12,54 miliar. Posisi ini turun 6,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya. “Penurunan yang curam migas 46,83 persen. secara year on year impornya turun lebih dalam lagi, impor migas 61,78 persen,” kata Suhariyanto.
Sumber : tempo.co
Gambar : Gagasan Online