45 Persen Konsumen Optimis Corona Terkendali Akhir Mei
Hasil riset dari Survey Sensum bertajuk Covid-19 Consumer Behavior Track memaparkan 45 persen konsumen optimis pandemi virus corona terkendali dan kondisi kembali normal dalam dua bulan ke depan.
“Ini berarti, konsumen berharap pada akhir Mei 2020 situasinya sudah terkendali,” ujar CEO Survey Sensum Rajiv Lamba dalam hasil riset yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (15/4).
Survei dilakukan kepada 500 responden pada periode 20-27 Maret 2020 atau pada periode kasus virus corona mencatatkan peningkatan.
Untuk pertanyaan berbeda, ia mengungkapkan hampir seluruh responden atau sekitar 90 persen mengaku kehidupannya terganggu sejak merebaknya pandemi corona.
Riset juga memaparkan terdapat tiga hal yang menjadi konsentrasi konsumen selama pandemi berlangsung, meliputi kekhawatiran apabila konsumen atau keluarganya terserang virus corona.
Setidaknya ada 70 persen konsumen yang mengkhawatirkan hal tersebut. Kekhawatiran ini juga berkaitan dengan kecemasan terhadap stigma sosial yang harus diterima jika mereka terjangkit. Sebanyak 47 persen mengakui hal tersebut.
“Mereka khawatir dikucilkan, tidak bisa bertemu dan bercengkrama dengan orang lain yang takut tertular covid-19 selama berbulan-bulan,” tutur Rajiv.
Lalu, kepanikan apabila toko-toko kehabisan stok makanan dan kebutuhan pokok. Sebanyak 59 persen responden menyatakan kekhawatiran tersebut.
Kekhawatiran tersebut mendorong perubahan perilaku konsumen secara signifikan. Kini, konsumen lebih fokus pada gaya hidup sehat dan higienis.
Perubahan tersebut ditunjukkan dengan beberapa perilaku salah satunya peningkatan pembelian cairan pembersih tangan. Angkanya melonjak hingga 85 persen.
“Orang-orang kini jauh lebih perhatian dengan higienitas tangannya dengan mengaplikasikan cairan pembersih tangan berkali-kali dalam sehari,” katanya.
Selain itu, konsumen juga menerapkan pola hidup sehat lainnya, seperti lebih sering minum air, mengkonsumsi buah-buahan, sayur, dan vitamin. Menariknya, 18 persen konsumen mengaku lebih sering berolahraga di rumah atau sekitar lingkungannya.
Sebaliknya, aktivitas lain yang berhubungan dengan kegiatan sosial menurun drastis. Misalnya, tidak berjalan-jalan di akhir pekan (77 persen konsumen), mengurangi pergi ke mal (76 persen konsumen), tidak berlibur (73 persen konsumen), dan berkumpul bersama teman (60 persen).
Meningkatnya aktivitas di rumah, lanjutnya, mendekatkan konsumen dengan aktivitas digital. Hasil survei memaparkan 70 persen responden menjajal setidaknya satu kategori layanan digital baru selama di rumah.
Detailnya, sebanyak 38 persen konsumen mencoba konsultasi dengan tenaga medis secara online. Lalu, 34 persen konsumen mencoba layanan pendidikan online, mengingat para siswa harus belajar di rumah.
Lalu, sebesar 27 persen konsumen mencoba aplikasi dan perangkat lunak untuk bekerja, seperti Microsoft, Zoom, Skype, dan sejenisnya.
Selain itu, kelebihan waktu di rumah mendorong konsumen bereksplorasi dengan pilihan hiburan. Misalnya, 25 persen konsumen menonton siaran hiburan digital, seperti Netflix, Viu, dan sebagainya.
Tak hanya hiburan, 20 persen konsumen juga menggunakan aplikasi belanja online, sedangkan 13 persen konsumen mengikuti fitness online.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Tirto.ID
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]