Tenang! Harga Emas Masih Berkilau kok Tahun Ini
Harga komoditas emas naik lagi pada perdagangan pagi ini, Kamis (7/11/2019) setelah terdengar kabar bahwa penandatanganan kesepakatan dagang tahap pertama Amerika Serikat (AS) dengan China dapat diundur hingga Desember mendatang.
Pada pukul 09.25 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di level US$ 1.490,79/troy ons atau naik 0,03% dibanding harga penutupan perdagangan Rabu kemarin. Harga emas kembali naik mendekati level psikologisnya US$ 1.500/troy ons.
Naiknya harga emas dipicu oleh investor yang kembali waspada. Pasalnya salah seorang pejabat pemerintahan AS mengatakan kepada Reuters bahwa penandatanganan kesepakatan tahap awal dapat diundur hingga Desember.
Pihaknya menyampaikan bahwa diskusi terkait waktu dan tempat masih terus bergulir. Selain waktu dan lokasi, China juga masih meminta AS untuk mencabut bea impor tambahan yang dikenakan pada produk China lainnya pada September lalu. Hal ini juga masih dinegosiasikan kedua belah pihak.
Melansir Reuters, puluhan tempat diusulkan untuk pertemuan presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping. Awalnya mereka berdua dijadwalkan untuk bertemu pada KTT APEC di Chile pertengahan November nanti. Namun Chila membatalkan KTT tersebut karena konflik internal negara yang tidak mendukung.
Salah satu lokasi yang diusulkan adalah London setelah Presiden Trump dijadwalkan menghadiri pertemuan NATO pada 3-4 Desember nanti. Tempat lain yang juga diusulkan adalah di Eropa seperti Swedia atau Swiss. Trump juga mengusulkan pertemuan diadakan di IOWA. Namun hingga saat ini, soal lokasi di mana pertemuan keduanya akan diselenggarakan berlum di tentukan.
“Negosiasi masih terus berlanjut dan dokumen kesepakatan tahap awal sedang dalam progres, kami akan mengumumkan lokasi penandatanganan setelah kami memutuskannya” kata juru bicara Gedung Putih Judd Deere, melansir Reuters.
Emas memang punya kilau cemerlang tahun ini. Bayangkan sejak Desember tahun lalu hingga saat ini saja emas sudah naik lebih dari 15%. Banyak sekali sentimen yang mempengaruhi kenaikan harga emas tahun ini.
Perang dagang antara AS-China yang berlangsung kurang lebih 16 bulan terakhir membuat ekonomi global menghadapi guncangan, terutama AS dan China. Hal tersebut membuat bank sentral AS, The Fed melonggarkan kebijakan moneternya.
Dalam tahun ini saja The Fed sudah menurunkan suku bunga acuannya hingga tiga kali. Ketika suku bunga turun maka akan menguntungkan emas karena biasanya akan membuat dolar AS melemah dan membuat harga emas menjadi lebih murah.
Selain itu bank sentral Eropa dan Jepang yang menetapkan kebijakan moneter suku bunga negatif menyebabkan imbal hasil surat utang juga turun, sehingga menjadi tidak menarik di mata investor.
Efeknya apalagi kalau bukan investor mulai berburu emas. Bahkan tidak hanya investor, bank sentral berbagai negara pun mulai banyak yang memboyong emas dengan berbagai alasan mulai dari mengurangi ketergantungan terhadap dolar hingga sebagai aksi lindung nilai dari tensi geopolitik global. Tercatat, pembelian emas oleh bank sentral berbagai negara mencatatkan rekor tertingginya dalam 19 tahun terakhir.
Tak hanya bank sentral dan investor saja, berbagai perusahaan penambang emas pun agresif melakukan aktivitas merger dan akuisisi (M&A). Pada Januari lalu, perusahaan tambang emas terbesar Kanada, Barrick Gold merampungkan aksi merger dengan perusahaan publik London Rangold dengan nilai transaksi sebesar US$ 6 miliar.
Selanjutnya pada April tahun ini perusahaan tambang raksasa AS, Newmont mengakuisisi Goldcorp Kanada dan menjadi perusahaan tambang emas terbesar di dunia. Hal ini tentu menjadi sinyal positif untuk emas.
Beberapa investor kelas kakap seperti Ray Dalio, pendiri perusahaan Hedge Fund terbesar di dunia juga menyarankan emas sebagai instrumen investasi safe haven di tengah ketidakpastian global seperti konflik intermasional dan depresiasi mata uang.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : IVOOX.id
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]