Data Manufaktur AS Jelek, Harga Emas Rebound!
Harga emas dunia kembali mendapatkan momentum rebound setelah terkapar dalam sepekan terakhir. Usai rilis data manufaktur AS yang buruk kemarin, akhirnya si logam mulia emas dapat momentum untuk kembali terapresiasi.
Harga emas global di pasar spot pagi ini naik 0,04% ke level US$ 1.479,2/oz dibandingkan perdagangan kemarin yang ditutup di harga US$ 1.478,58/oz.
Sebenarnya harga emas pada perdagangan kemarin juga ditutup naik dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya, mengakhiri masa-masa koreksinya. Wajar saja dalam sepekan terakhir harga emas telah terkoreksi 3,8%.
Penguatan harga emas ditengarai oleh rilis data manufaktur AS yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kemarin (1/10/2019), rilis data sektor manufaktur AS menunjukkan nilai Purchasing Manager Index (PMI) Amerika Serikat yang mengecewakan di angka 47,8%. Nilai indeks di bawah angka 50 menunjukkan adanya kontraksi pada aktivitas manufaktur.
Nilai PMI Amerika Serikat pada September ini tercatat merupakan nilai terendah sejak Juni tahun 2009 dan menandai pelemahan kedua sejak Agustus. Melemahnya skor PMI AS sebenarnya di luar ekspektasi. Berdasarkan konsensus yang berhasil dihimpun tim riset CNBC Indonesia, nilai PMI AS untuk bulan September diprediksikan berada di angka 50,2. Artinya AS benar-benar terkontraksi.
Tentu kita semua tahu bahwa penyebab kontraksi tersebut tak lain dan tak bukan adalah perang dagang AS-China yang masih bergulir hingga saat ini. Pekan lalu, pembacaan final angka pertumbuhan AS kuartal II berada di angka 2%, turun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Ekonomi AS masih tumbuh positif di kuartal kedua akibat konsumsi domestik yang masih kuat, sementara investasi bisnis dan sektor manufaktur serta agrikultur terkontraksi.
Presiden AS Donald Trump melalui cuitannya di twitter kemarin menyalahkan The Fed yang menurutnya jadi penyebab ini semua. Dalam cuitannya tersebut, Trump menyebut bahwa Jay Powell dan The Fed membiarkan dolar menguat terhadap mata uang lain yang menyebabkan sektor manufaktur terkena imbasnya. Trump juga menyebutkan bahwa Fed Rate masih terlalu tinggi dan The Fed masih tidak punya clue.
Pelemahan sektor manufaktur AS semakin membuat investor ketar-ketir kalau-kalau AS benar akan terkerek ke jurang resesi dalam waktu dekat membuat mereka kembali memburu aset safe haven seperti emas.
“Tampaknya akan ada koreksi signifikan terhadap ekonomi yang membuat investor kembali ke aset yang aman, data sektor manufaktur AS yang terkontraksi dapat mendukung The Fed untuk kembali menurunkan suku bunga acuan yang menyebabkan harga logam mulia kembali naik” terang Philip Streible, analis RJO Futures.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : InaKoran
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]