Diprediksi Menguat, Rupiah Bisa Tembus di Bawah Rp 14.000 Per Dollar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berhasil menguat di awal perdagangan Senin (28/1/2019).
Mengutip Bloomberg, di pasar spot rupiah menguat ke posisi Rp 14.032 per dollar AS atau naik 0,39 persen dari posisi akhir pekan lalu. Tak hanya rupiah, pagi ini mata uang utama Asia turut menguat terhadap dollar AS.
Contohnya adalah, Ringgit Malaysia menguat 0,41 persendisusul won Korea Selatan sebesar 0,35 persen. Kemudian yen Jepang dan baht Thailand masing-masing menguat 0,21 persen dan 0,19 persen.
Kemudian, yuan China tercatat menguat 0,13 persen dan dollar Singapura menguat 0,07 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan ada empat faktor yang membuat rupiah menguat di awal minggu ini. Pertama adalah pertemuan yang akan digelar oleh The Federal Reserve pada Selasa (29/1/2019) mendatang.
“Seperti yang sudah diketahui, kondisi perekonomian global yang melambat, juga buat AS terpuruk.
Diperkirakan The Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuannya, oleh karena itu investor akhirnya beralih ke emerging market,” tutur Ibrahim.
Selanjutnya faktor yang masih terasa dari minggu lalu, yakni perundingan soal Brexit di Inggris, masih membuat para investor khawatir.
Saat ini, perundingan Brexit sedang memasuki wacana negosiasi melalui referendum. Theresa May sendiri masih mencoba meyakinkan partainya untuk mendukung negosiasi dengan Uni Eropa, alih-alih angkat kaki tanpa win-win solution.
Yang ketiga adalah optimisme pertemuan antara AS dan China yang akan berlangsung pekan ini. Seperti yang dikutip melalui Bloomberg, Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Liu He, dikabarkan sudah terbang sejak Minggu (27/1/2019) dan mendarat di Washington pada Senin (28/1/2019) waktu AS.
Selain Liu He, pejabat penting yang sudah pasti akan ikut berunding adalah Gubernur Bank Sentral China, Yi Gang, Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen, dan Wakil Menteri Keuangan, Liao Min.
Sementara Amerika mengirim Robert Lightizer, selaku perwakilan dari Kantor Dagang AS, serta Steven Mnuchin sebagai Sekretaris Departemen Keuangan AS.
Selanjutnya adalah, tercapainya kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dengan parlemen sementara soal pembiayaan dinding perbatasan yang hanya berlaku tiga pekan. “Walau hanya berlaku tiga pekan, ini membuat pelaku pasar optimis juga.
Jika lewat tiga pekan, bisa jadi stagnasi perekonomian dan administrasi AS kembali berlanjut,” ujar Ibrahim. Dengan demikian, Ibrahim optimistis jika rupiah punya kemampuan menguat menembus angka di bawah Rp 14.000 per dollar AS.
“Tetapi perlu diperhatikan pula bagaimana isi perundingan AS dan China nanti, itu juga akan mempengaruhi mata uang nanti,” sebutnya.
Sumber : kompas.com
Gambar : Kumparan.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]