ECB: Penurunan Harga Minyak Positif Bagi Ekonomi Eropa
Masyarakat Eropa yang memiliki kekhawatiran mengenai Brexit ataupun krisis anggaran Italia dapat sedikit lega karena kemerosotan harga energi.
“Evolusi baru-baru ini dalam harga minyak, jika itu berkelanjutan, adalah perkembangan yang positif bagi Eropa,” ujar Kepala Ekonom Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Peter Praet di Brussels, Belgia, Kamis (15/11/2018) waktu setempat.
Dia melanjutkan, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (16/11), hal itu akan melegakan konsumen.
Nilai minyak mentah Brent telah merosot lebih dari 20% sejak awal Oktober 2018, sebagian besar karena melemahnya permintaan di tengah perlambatan pertumbuhan global, demikian menurut Bloomberg Economics.
Sementara itu, tingkat kepercayaan konsumen di kawasan euro telah melemah dan ekspansi blok tersebut pada kuartal III/2018 tercatat sebagai terlemah dalam lebih dari empat tahun terakhir.
“Perlambatan atau bahkan koreksi harga minyak memberi sedikit kelegaan dalam prospek karena memang benar awan gelap mulai meningkat,” tutur Praet.
Dia akan mempersiapkan proyeksi ekonomi terbaru untuk pertemuan kebijakan akhir ECB pada 13 Desember 2018, ketika Dewan Gubernur bakal memutuskan apakah akan tetap pada rencananya untuk membatasi program pelonggaran kuantitatifnya.
Proyeksi tersebut akan sangat bergantung pada kekuatan permintaan domestik ketika perdagangan terbebani oleh proteksionisme.
Petunjuk lebih lanjut untuk sentimen di antara para pembuat kebijakan mungkin akan muncul pada Jumat (16/11) waktu setempat, ketika Presiden ECB Mario Draghi dan Presiden Bundesbank Jens Weidmann menyampaikan pandangan masing-masing di sebuah konferensi di Frankfurt, Jerman.
Menurut Praet, permintaan domestik di kawasan euro tetap kuat dan ekonomi Jerman, yang berkontraksi pada kuartal III/2018 untuk pertama kalinya sejak 2015, semestinya rebound. Dia juga mengutip data yang menunjukkan pesanan ekspor yang stabil.
Di sisi lain, penurunan harga minyak mempersulit prospek inflasi, metrik utama yang digunakan ECB untuk menilai kapan dapat mengurangi stimulus.
Tekanan harga meningkat akibat penurunan tingkat pengangguran dan meningkatnya upah. ECB cenderung melihat melalui fluktuasi sementara dalam harga energi, meskipun underlying inflation masih lemah.
Praet menekankan bahwa berbagai tindakan ECB, termasuk tingkat suku bunga rendah dan reinvestasi kepemilikan obligasi yang jatuh tempo, berarti kebijakan akan tetap longgar.
“Kebijakan moneter harus akomodatif. Normalisasi bukanlah pengetatan,” tambahnya.
Sumber : Bisnis.com
Gambar : Republika
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]