Harga Minyak Menanjak usai Produksi AS Melemah
Harga minyak menanjak pada awal perdagangan Asia, Selasa (19/9) pagi. Penguatan terjadi menyusul lemahnya produksi minyak serpih di AS memicu kekhawatiran lebih lanjut mengenai defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia.
Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 90 sen, atau 1 persen, menjadi US$92,38 per barel, pada pukul 00.18 GMT, sedikit di bawah level tertinggi 10 bulan yang dicapai pada awal pekan ini.
Sementara, harga patokan minyak mentah globa Brent naik 27 sen, atau 0,3 persen, menjadi US$94,70 per barel.
Kenaikan harga minyak terjadi selama tiga pekan berturut-turut.
Awal pekan ini, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan produksi minyak AS dari wilayah-wilayah penghasil serpih terbesar diperkirakan turun menjadi 9,393 juta barel per hari (bph) pada Oktober, level terendah sejak Mei 2023.
Produksi diperkirakan jatuh selama tiga bulan berturut-turut. Perkiraan tersebut muncul setelah Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bph) hingga akhir tahun.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Senin kemarin membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+.
Ia mengatakan pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan Tiongkok, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank sentral untuk mengatasi inflasi.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Republika