Bangkrut Evergrande Jungkalkan Harga Minyak Dunia
Harga minyak naik sekitar 1 persen pada Jumat (18/8) lalu. Mengutip Reuters, Jumat lalu Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 86 sen atau 1,1 persen ke US$81,25 per barel.
Sementara itu minyak mentah Brent berjangka naik 68 sen atau 0,8 persen ke US$84,80 per barel.
Meski demikian, secara mingguan harga minyak turun sekitar 2 persen pada pekan lalu, mengakhiri reli terpanjang kenaikan harga di 2023.
Pelemahan harga minyak sepekan kemarin dipicu kekhawatiran pasar atas krisis properti yang memburuk di China. Kekhawatiran muncul usai raksasa properti China Evergrande mengumumkan kebangkrutan pada akhir pekan kemarin.
Pengumuman kebangkrutan Evergrande itu menambah kekhawatiran pasar tentang pemulihan ekonomi China yang belakangan ini berjalan lamban lamban. Pengumuman juga membuat pasar mengurangi minat mereka terhadap aset berisiko di seluruh pasar.
Tekanan harga minyak juga datang dari kekhawatiran pasar bahwa Federal Reserve AS belum selesai menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Mereka khawatir kalau The Fed melanjutkan kenaikan bunga acuan, biaya pinjaman akan makin tinggi dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya mengurangi permintaan minyak secara keseluruhan.
“Kekhawatiran bagi investor tetap terfokus pada ketegangan antara pertumbuhan global yang melambat dan pasokan global yang masih ketat,” kata Manajer Portfolio Senio di A.S. Bank Asset Management Rob Haworth.
“Harga kemungkinan akan tetap terikat kisaran untuk saat ini,” tambahnya.
Memang, harga minyak sepekan kemarin masih mendapatkan topangan dari data industri yang menunjukkan jumlah rig minyak dan gas alam AS, indikator awal produksi di masa depan, turun untuk minggu keenam berturut-turut. Kemerosotan produksi AS dapat memperburuk pengetatan pasokan yang telah menerbangkan harga minyak belakangan ini.
Tapi sentimen itu masih kalah kuat dibandingkan tekanan yang datang dari China dan The Fed.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Strategi.id
